Jannatul-firdaus.net

Menyebar Ilmu Syar’i

Jannatul-firdaus.net

Menyebar Ilmu Syar’i

Bagikan...

APA YANG ENGKAU LAKUKAN DENGAN MASA MUDA, SEHAT, HARTA, KESEMPATAN, DAN HIDUPMU?

Dalam kehidupan ini, sangat banyak nikmat yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan kepada hamba-hamba-Nya bahkan nikmat tersebut tidak ada ya mampu untuk menghitungnya. Di antara nikmat yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan adalah adalah masa muda, kesehatan, harta, waktu luang, dan kesempatan untuk hidup.

Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah memberi nasehat kepada seseorang dengan nasehat yang sangat berharga.

 

 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ.
Artinya:
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: Masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak, dan beliau berkata hadits ini shahih sesuai dengan syarat al-Bukhariy dan Muslim namun keduanya tidak mengeluarkannya. Dan hadits ini juga dishahihkan oleh Syeikh al-Albaniy dalam Shahih at-Targhiib wa at-Tarhiib).
Lima nasehat yang begitu mulia dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang hendaknya menjadi renungan bagi setiap muslim dan muslimah.

 

1. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu.
Yang pertama kali yang hendaknya dimanfaatkan oleh seseorang adalah masa muda, yang mana ini merupakan fase yang sangat berharga dari umur seseorang. Oleh karena itu, dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدمَ يَوْمَ الْقِيَامةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّی يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَ أَبْلَاهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ.
Artinya:
“Telapak kaki anak Adam tidak akan bergerak pada hari kiamat dari sisi Tuhannya sehingga dia ditanya tentang lima perkara: Tentang umurnya; untuk apa dia habiskan, tentang masa mudanya: dimana dia usangkan; tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan kemana dia belanjakan, dan tentang ilmunya; apa yang dia lakukan dengannya.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidziy, no.2416, dan dishahihkan oleh Syeikh al-Albaniy rahimahullah dalam ash-Shahihah, no. 946).


Syeikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahullah berkata:
فأخبر النّبيّ صلی اللهُ عليه وسلم أنّ المرء يُسألُ يوم القيامة عن حياته بسؤلين:
الأول: عن حياته عُمُومًا، مِن أوّلِها إلی آخرها.
الثاني: عن مرحلة الشّباب خصوصًا، مع أنّه إذَا سُئل عن حياته فإنّ مَرحلة الشباب داخلةٌ فيها، لكنّه يُسئل يوم القيامة عنها سؤالا خاصًّا.
“Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa seseorang akan ditanya pada hari kiamat tentang kehidupannya dengan dua pertanyaan:
Pertama: Tentang kehidupannya secara umum dari awal hingga akhirnya. Kedua: Tentang masa mudanya secara khusus, padahal apabila dia ditanya tentang kehidupannya secara umum maka itu sudah termasuk masa mudanya, akan tetapi dia ditanya tentang masa mudanya pada hari kiamat dengan pertanyaan yang khusus. (Min Washaya as-Salaf Lisy Syabaab).

 

2. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu.
Waktu sehat merupakan nikmat yang sangat besar yang banyak dilalaikan oleh manusia:
Ummu Abdillah (Putri Syeikh Muqbil rahimahullah) berkata:
والمغبون في الدنيا مَن رزقه الله صحة وفراغًا، ولم يستغلهما فيما ينفعه.
Orang yang tertipu di dunia adalah orang yang diberikan rezeki oleh Allah berupa kesehatan dan waktu luang, tetapi dia tidak menggunakannya untuk melakukan perkara yang bermanfaat baginya. (Nashihatiy Lin Nisa’, hal. 20).

 

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang sehat dan tidak mampu dilakukan oleh orang sakit. Berpuasa misalnya, orang sakit tidak mampu berpuasa. Demikian juga shalat, orang yang sehat mampu shalat dalam keadaan berdiri, semntara orang yang sakit hanya shalat dalam keadaan duduk bahkan ada yang shalat sambil berbaring. Demikian seterusnya.
Nikmat sehat kadang tidak disadari kecuali sudah datang lawannya.

 

3. Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu.
Harta kekayaan merupakan nikmat yang sangat besar yang Allah Subhanahu Wata’ala karuniakan kepada siapa yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya. Disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu tentang kisah orang-orang fakir yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana mereka merasa diungguli oleh orang-orang kaya dalam hal kebaikan. Sebagaimana dalam hadits berikut ini:
جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ, فَقَالُوا: ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا، وَيَعْتَمِرُونَ، وَيُجَاهِدُونَ، وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ: أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ. فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ. فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ: تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ.
Artinya:
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.” Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhariy no. 843, Muslim, no. 595).


Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Abu Shalih yang meriwayatkan hadits tersebut dari Abu Hurairah berkata:
فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا: سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ.
Artinya:
“Orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin kembali menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berkata, “Saudara-saudara kami yang punya harta (orang kaya) akhirnya mendengar apa yang kami lakukan. Lantas mereka pun melakukan semisal itu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengatakan, “Inilah karunia yang Allah berikan kepada siapa saja yang ia kehendaki.” (Diriwayatkan oleh Muslim no. 595).


Inilah keutamaan orang yang memiliki harta kekayaan, mereka mampu melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki harta.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan umatnya tentang hakikat harta, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
يَقُولُ الْعبدُ: مالي، مالي، وإنَّما له من مَالِهِ ثَلاثٌ: ما أكَل فأفْنَي، أوْ لبِسَ فأبْلَی، أو تصدَّقَ فأمْضَيْتَ، وما سِوی ذلك فذاهبٌ وتاركُهُ للنَّاس.
Artinya:
“Hamba akan berkata: hartaku, hartaku. Dan tidak ada baginya dari hartanya kecuali tiga: yaitu apa yang dia makan lalu hilang, dan apa yang dia pakai lalu usang, dan apa yang dia sedekahkan maka itulah yang berjalan (pahalanya). Adapun Selain itu maka akan ditinggalkan untuk manusia.”


Dalam hadits yang lain disebutkan:
يتْبَعُ الْميِّتُ ثلاثةٌ، فيرجعُ اثنانِ ويبقی معهُ واحِدٌ، يتبعُه أهلُه، ومالُهُ، وعملُه، فيرجعُ أهلُه، ومالُه، ويبقی عملُه.
Artinya:
“Yang mengikuti mayat ada tiga: Dua yang kembali dan satu tinggal bersamanya. Yang mengikutinya adalah keluarganya, hartanya, dan amalannya, maka keluarga dan hartanya akan kembali, dan tinggallah amalannya yang akan menemaninya.”

 

4. Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu.
Waktu luang juga merupakan nikmat sangat besar yang banyak dilalaikan oleh manusia. Mereka menyia-nyiakan waktu luang mereka, bahkan tidak sedikit dari mereka yang memanfaatkannya dalam rangka bermaksiat kepada Allah. Padahal menyia-nyiakan waktu luang merupakan perkara yang sangat berbahaya. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
إضاعة الوقت أشد من الموت, لأن إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة، والموت يقطعك عن الدنيا وأهلها. [الفوائد].
Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya daripada kematian, karena menyia-nyiakan waktu itu memuts engkan dari Allah dan negeri akhirat, sementara kematian memutus engkau dari dunia dan penghuninya.


Ibnul Juziy rahimahullah dalam Shaidul Khathir berkata:
ينبغي للإنسان أن يعرف شرَف زمانه، وقدْر وقته، فلا يضيِّعُ منه لحظةً في غير قربة، ويقدِّمَ فيه الأفضلَ فالأفضلَ من القول والعمل.
Seyogyanya bagi seorang untuk mengetahui begitu berharga waktunya, sehingga dia tidak menyia-nyiakannya sedikitpun untuk selain mendekatkan diri kepada Allah, dan memiliki prioritas dalam ucapan dan perbuatan.

 

Muhammad bin Abdul Baqi al-Bazzaz rahimahullah berkata:
ما ضيّعْتُ ساعةً من عمْري في لهوٍ أو لعْبٍ.
Aku tidak pernah menyia-nyiakan umurku untuk hal yang sia-sia dan bermain-main.

 

Ibnu Hubairah (seorang menteri) pernah berkata:
الوقتُ أنفسُ ما عُنِيْتَ # وأراه أسْهَلَ مَا عليْكَ يَضِيْعُ
Waktu merupakan hal yang paling berharga untuk dijaga….. Namun aku lihat paling mudah untuk engkau sia-siakan.

 

5. Hidupmu sebelum datang matimu.
Ini merupakan wasiat yang paling agung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, karena setiap manusia akan menjalani hidup di dunia hanya sekali. Sementara kematian akan memutus semua kelezatan dan kesempatan untuk beramal. Selain itu, kematian juga akan menyebabkan semua amalan terputus kecuali yang diperkecualikan oleh dalil. Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallahllahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلهُ إلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.
Artinya:
” Apabila seorang manusia meninggal maka terputuslah seluruh amalannya kecuali tiga: kecuali sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang shaleh yang mendoakannya.” (Diriwayatkan oleh Muslim).


Demikianlah bebrapa untaian nasehat yang sangat mulia dari seorang Nabi yang tidak berbicara kecuali wahyu dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Semoga bermanfaat, wasallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi washahbihi wasallam.
—————–
Samata: 22 Syawwal 1443H/23 Mei 2022M.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *