(Doa-doa Mujarab buat Mereka yang Sakit)
(Doa-doa Mujarab buat Mereka yang Sakit)
Setiap orang mungkin akan merasakan sakit di sela-sela sehatnya. Sakit merupakan ketetapan Allah bagi bani Adam sebagai tanda butuhnya mereka kepada Tuhan (Allah) Yang Maha menyembuhkan. Sakit merupakan jalan untuk mengikuti sebuah sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-. Sebab dengannya kita dianjurkan berobat dengan beberapa doa dan ruqyah yang pernah beliau ajarkan.
Diantara doa penting yang sering dilalaikan orang. Padahal doa ini memiliki keutamaan yang besar. Doa ini amat perlu kita hafal, karena ia merupakan salah satu sebab kesembuhan bagi si sakit. Ia merupakan doa yang pernah diajarkan oleh Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– kepada sahabatnya.
Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– bersabda,
مَنْ عَادَ مَرِيضًا لَمْ يَحْضُرْ أَجَلُهُ فَقَالَ عِنْدَهُ سَبْعَ مِرَارٍ: أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ إِلاَّ عَافَاهُ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ الْمَرَضِ
“Tidaklah orang yang menjenguk orang sakit yang belum tiba ajalnya, lalu ia (si penjenguk) berdoa di sisinya sebanyak tujuh kali (dengan doa berikut),
أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ
(artinya: “Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Robb (Pemilik) Arsy yang agung agar Dia menyembuhkanmu”), kecuali Allah akan membebaskannya (menyembuhkannya) dari penyakit itu”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 3106) dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (no. 2083). Hadits ini dihukumi sebagai hadits yang shohih oleh Syaikh Al-Albaniy –rahimahullah– dalam Shohih At-Targhib wa At-Tarhib (no. 3480)]
Doa ini amat bermanfaat bagi orang yang belum dekat ajalnya. Sampai pun bagi orang yang dekat ajalnya, tetap disunnahkan agar melegakan dan melapangkan hatinya.
Al-Imam Badruddin Al-Ainiy –rahimahullah– berkata,
“Dipetik faedah dari syarat ini bahwa orang sakit yang telah datang ajalnya, doa ini tidaklah memberikan faedah baginya dalam menangguhkan umurnya. Akan tetapi orang yang menjenguk bila membaca sesuatu di sisi orang yang sakit, doa itu akan memberikan faedah bagi si penjenguk di akhirat dan bagi si pembacanya juga. Terkadang sakitnya akan menjadi ringan baginya dan mudah baginya sakaratul maut, dengan sebab berkah bacaan (ruqyah) dan doa”. [Lihat Syarh Sunan Abi Dawud (6/24) karya Al-Ainiy, dengan tahqiq Abul Mundzir Kholid bin Ibrahim Al-Mishriy, cet. Maktabah Ar-Rusyd, 1420 H]
Disini akan tampak bagi anda pentingnya berziarah dan menjenguk saudara yang sakit. Karena di balik ziarah itu akan terjadi kebaikan yang besar bagi si penjenguk dan orang sakit itu sendiri.
Al-Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukaniy Al-Yamaniy –rahimahullah– berkata saat mengomentari hadits ini dan lainnya,
“Hadits-hadits bab ini menunjukkan tentang penekanan disyariatkannya berziarah kepada orang yang sakit, dan sungguh telah berlalu khilaf tentang hukumnya. Dianjurkan berdoa bagi orang yang sakit”. [Lihat Nail Al-Awthor (4/46)]
Jadi, doa ini tetap dianjurkan untuk dibacakan baginya, walaupun tampak baginya ajal telah mendekat. Apalagi ajal itu tak ada yang mengetahuinya, selain Allah. Doa ini boleh dibaca secara sirr (rahasia), dan boleh juga dibaca secara jahr (keras).
Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad Al-Badr –hafizhahullah– berkata,
“Boleh bagi seseorang untuk membaca doa ini secara sirr dan jahr. Semua (cara itu) boleh. Akan tetapi apabila ia perdengarkan doa itu, maka itu lebih utama dan afdhol. Karena di dalam hal itu terdapat usaha memasukkan rasa gembira bagi si sakit. Disana tak ada dalil yang menunjukkan bahwa orang yang sakit berdoa dengan doa ini bagi dirinya sendiri. Akan tetapi boleh baginya memohon kesembuhan kepada Allah”. [Lihat Syarh Sunan Abi Dawud ()]
Doa Kedua
Orang yang sakit pun bisa mengobati diri sendiri dengan doa-doa yang dituntunkan oleh Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– bagi umatnya. Doa yang yang semacam ini dapat kita temukan dalam sunnah yang shohihah dari beliau.
Dari Utsman bin Abil Ash Ats-Tsaqofiy –radhiyallahu anhu– bahwa ia berkata,
قَدِمْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَبِي وَجَعٌ، قَدْ كَادَ يُبْطِلُنِي، فَقَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اجْعَلْ يَدَكَ الْيُمْنَى عَلَيْهِ، وَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ، وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ، وَأُحَاذِرُ، سَبْعَ مَرَّاتٍ، فَقُلْتُ ذَلِكَ، فَشَفَانِيَ اللَّهُ»
“Aku datang kepada Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, sedang pada diriku ada penyakit yang sungguh hampir membinasakanku. Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda kepadaku, “Letakkanlah tangan kananmu padanya dan ucapkan,
بِسْمِ اللَّهِ، أَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
(artinya: “Aku berlindung kepada keperkasaan Allah dan kekuasaannya dari keburukan sesuatu yang aku rasakan dan aku khawatirkan”). sebanyak tujuh kali.
Kemudian Allah pun menyembuhkanku”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (2202) dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (no. 3522), sedang ini lafazh miliknya]
Dalam riwayat Muslim, Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– menganjurkan membaca “bismillah” yang ada pada doa di atas sebanyak tiga kali, lalu membaca doa selanjutnya sebanyak tujuh kali.
Al-Imam Ahmad dalam Al-Musnad (4/21) menambahkan riwayat ini bahwa Utsman bin Abil Ash –radhiyallahu anhu– berkata,
فَفَعَلْتُ ذَلِكَ، فَأَذْهَبَ اللهُ مَا كَانَ بِي فَلَمْ أَزَلْ آمُرُ بِهِ أَهْلِي وَغَيْرَهُمْ
“Aku lakukan hal itu (yakni, doa tersebut). Lantaran itu, Allah menghilangkan sesuatu (berupa penyakit) pada diriku. Aku pun senantiasa memerintahkan keluargaku dan selain mereka (beramal) dengan doa itu”.
Doa ini merupakan doa mujarab dan terbukti dapat menyembuhkan –insya Allah- bila kita bacakan pada diri kita. Sebaiknya kita ajarkan doa ini kepada keluarga dan teman-teman, sehingga mereka mendapatkan manfaat sebagaimana yang dirasakan oleh sahabat yang mulia Utsman bin Abil Ash –radhiyallahu anhu-.
Doa Ketiga
Doa lain yang harus diperhatikan bagi orang yang mengharapkan kesembuhan bagi saudaranya, ia mendoakannya dengan doa kesembuhan yang pernah dibacakan oleh malaikat Jibril kepada Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- saat beliau sakit.
Junadah bin Abi Umayyah berkata,
سمعت عبادة بن الصامت يحدث عن رسول الله صلى الله عليه و سلم أن جبريل رقاه وهو يوعك فقال : بسم الله أرقيك من كل داء يؤذيك ومن كل حاسد إذا حسد ومن كل عين وسم و الله يشفيك
“Aku pernah mendengarkan Ubadah bin Ash-Shomit berkata menceritakan dari Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bahwa Jibril telah me-ruqyah-nya (menjampinya), sedang beliau (Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-) sakit. Jibril pun berdoa,
بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ يُؤْذِيْكَ، وَمِنْ كُلِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ وَسُمٍّ، وَاللهُ يَشْفِيْكَ
(artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Aku me-ruqyah-mu dari segala penyakit yang menyakitimu, dari semua orang yang hasad saat ia hasad, dan dari semua penyakit ain[1] dan racun. Allah-lah yang menyembuhkanmu”. [HR., Abdur Razzaq dalam Al-Mushonnaf (no. 23573 & 29495), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (8268), Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (953 & 2968), Ath-Thobroniy dalam Musnad Asy-Syamiyyin (no. 223), Abd bin Humaid dalam Al-Muntakhob (no. 187), Hadits ini di-hasan-kan oleh Syu’aib Al-Arna’uth dalam Takhrij Shohih Ibni Hibban (3/234)]
Doa Keempat
Dari A’isyah –radhiyallahu anha– berkata,
أن النبي صلى الله عليه و سلم كان إذا عاد المريض مسحه بيمينه و قال : أَذْهِبِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ واشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِي ، اِشْفِ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
“Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bila menjenguk orang yang sakit, maka beliau mengusapnya dengan tangan kanannya, seraya berdoa,
أَذْهِبِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ واشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِي ، اِشْفِ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
“Hilangkanlah penyakit wahai Tuhan manusia, sembuhkanlah dan Engkaulah Penyembuh. Sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (5675), Muslim dalam Shohih-nya (no. 2191) dan Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (no. 2970) serta yang lainnya]
Doa ini memiliki keutamaan dan kemujaraban yang nyata. Hal ini dikisahkan oleh sahabat yang mulia, Muhammad bin Hathib Al-Jumahiy -radhiyallahu anhu- saat ia menceritakan sebuah hadits dari jalur ibunya yang bernama Ummu Jamil.
Sekarang ada baiknya kita dengarkan penuturan ibunya saat ia berkata kepada anaknya, yaitu Muhammad bin Hathib –radhiyallahu anhu-,
أَقْبَلْتُ بِكَ مِنْ أَرْضِ الْحَبَشَةِ حَتَّى إِذَا كُنْتُ مِنَ الْمَدِينَةِ عَلَى لَيْلَةٍ – أَوْ لَيْلَتَيْنِ – طَبَخْتُ لَكَ طَبِيخًا، فَفَنِيَ الْحَطَبُ، فَخَرَجْتُ أَطْلُبُهُ، فَتَنَاوَلْتَ الْقِدْرَ، فَانْكَفَأَتْ عَلَى ذِرَاعِكَ، فَأَتَيْتُ بِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللهِ هَذَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاطِبٍ، فَتَفَلَ فِي فِيكَ ، وَمَسَحَ عَلَى رَأْسِكَ، وَدَعَا لَكَ، وَجَعَلَ يَتْفُلُ عَلَى يَدَيْكَ، وَيَقُولُ: ” أَذْهِبِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسْ، وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا ” فَقَالَتْ: فَمَا قُمْتُ بِكَ مِنْ عِنْدِهِ حَتَّى بَرَأَتْ يَدُكَ
“Aku telah mendatangkanmu dari Negeri Habasyah sampai bila aku telah berada di Kota Madinah sejak semalam atau dua malam, maka aku masakkan untukmu suatu masakan. Lalu kayu bakar habis. Karenanya, akupun keluar mencari kayu bakar. Kemudian kamu pun menarik panci, lalu tumpahlah pada lenganmu. Aku pun membawamu kepada Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- seraya berkata, “Bapakku dan ibuku (sebagai tebusanmu), wahai Rasulullah. Ini Muhammad bin Hathib. Kemudian beliau meludah pada mulutmu, mengusap kepalamu dan mendoakanmu. Mulailah beliau meludah pada kedua tanganmu seraya berdoa,
أَذْهِبِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسْ، وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
Kemudian ia (Ummu Jamil) berkata, “Aku tak bangkit bersamamu dari sisi beliau sampai tanganmu telah sembuh”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (3/418 & 6/437), Al-Bukhoriy dalam At-Tarikh Al-Kabir (1/17/ no. 8), Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (2977), Ath-Thobroniy dalam Al-Mu’jam Al-Kabir (902), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok ala Ash-Shohihain (4/62-63), Al-Baihaqiy dalam Dala’il An-Nubuwwah (6/174-175/), Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqo (38/311), Ibnu Abi Ashim dalam Al-Awa’il (no. 31) dan Ibnu Abid Dun-ya dalam Al-Iyal (no. 242), Ibnu Amer Asy-Syaibaniy dalam Al-Ahad wal Matsani (no. 783). Hadits ini dinilai shohih oleh Syu’aib Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 15454)]
Doa Kelima
ini adalah doa lain yang tiada taranya. Doa ini telah digunakan oleh Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– saat beliau tersihir atau saat beliau mengalami demam atau penyakit lain. Doa apa itu? Yaitu, membaca tiga Surah Al-Mu’awwidzat (Surah Al-Ikhlash, Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas).
A’isyah –radhiyallahu anha– berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا
“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bila sakit, maka beliau membacakan untuk dirinya dengan Surah-surah Al-Mu’awwidzat dan meniupnya. Tatkala sakitnya semakin parah, maka akulah yang membacakan (Surah-surah itu) baginya dan mengusapkan tangannya karena mengharapkan berkah tangannya”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (5016) dan Muslim dalam Shohih-nya (2192)]
Doa Keenam
Ruqyah dan doa yang bisa dibacakan bagi orang sakit, bentuknya beragam. Salah satunya anda dapat membacakan doa dan ruqyah di bawah ini:
Dari A’isyah –radhiyallahu anha– berkata,
“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- diantara doa yang pernah beliau ucapkan bagi orang yang sakit. Beliau berdoa dengan ludahnya pada jari telunjuknya,
بِسْمِ اللهِ، تُرْبَةُ أَرْضِنَا برِيقَةِ بَعْضِنَا يُشْفَى سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا
(artinya: “Dengan menyebut nama Allah. Debu tanah kami dengan ludah sebagian orang diantara kami, orang sakit kami tersembuhkan dengan izin Tuhan kami”). [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (5745) dan Muslim dalam Shohih-nya (no. 2194)]
Al-Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syarof An-Nawawiy –rahimahullah– berkata,
ومعنى الحديث أنه يأخذ من ريق نفسه على أصبعه السبابة ثم يضعها على التراب فيعلق بها منه شيء فيمسح به على الموضع الجريح أو العليل ويقول هذا الكلام فى حال المسح والله أعلم
“Makna hadits ini bahwa seorang (yang mengobatidirinya) mengambil ludahnya sendiri pada jari telunjuknya, lalu ia meletakkan telunjuknya pada tanah, sehingga melengketlah tanah padanya. Kemudian ia usapkan pada bagian yang terluka atau yang sakit, seraya mengucapkan doa ini saat mengusap. Wallahu A’lam.” [Lihat Syarh Shohih Muslim (14/184), cet. Dar Ihya’ At-Turots Al-Arobiy, 1392 H]
Doa Ketujuh
Dalam berdoa untuk orang yang sakit, boleh juga menggunakan doa ini yang di dalamnya disebutkan tawassul kepada Allah dengan menyebutkan amal sholih.
Dari Abdullah bin Amer bin Al-Ash –radhiyallahu anhu– berkata, “Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– bersabda,
“Bila seseorang menjenguk orang yang sakit, maka ia berdoa,
اللهُمَّ اشْفِ عَبْدَكَ، يَنْكَأُ لَكَ عَدُوًّا، وَيَمْشِي لَكَ إِلَى الصَّلَاةِ
(artinya: “Ya Allah, sembuhkanlah hamba-Mu yang membunuh musuh karena-Mu dan berjalan menuju sholat karena-Mu”). [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 2107). Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 1304)]
Inilah beberapa doa yang diajarkan oleh Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam- kepada umatnya agar mereka menggunakannya saat mereka sakit, sehingga mereka mendapatkan pahala berlipat dengan kesabaran dan tawakkal yang disertai dengan usaha berupa doa dan ruqyah.
[1] penyakit ain adalah penyakit yang muncul akibat pengaruh pandangan mata dari seorang yang memandang penuh takjub, tanpa mengembalikan takjubnya kepada kebesaran, sehingga ia pun tidak mengucapkan “subhanallah” atau “Allahu akbar” sebagai tanda takjubnya kepada kebesaran Allah