Jannatul-firdaus.net

Menyebar Ilmu Syar’i

Jannatul-firdaus.net

Menyebar Ilmu Syar’i

Bagikan...

Kalimat-kalimat Berharga dari Rangkaian Wasiat-wasiat Emas Nabi Nuh

  • Oleh: Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah –hafizhahullah

Petuah para nabi dan rasul adalah petuah yang amat berharga. Di dalamnya terdapat berbagai macam hikmah dan faedah bagi pencari kebaikan. Tak ada wasiat dan petuah yang lebih baik dibandingkan nasihat-nasihat mereka yang terpancar dari lentera wahyu dari Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

 

Ucapan dan perilaku para nabi dan rasul menjadi pelita bagi umat manusia di sepanjang zaman. Ucapan mereka bagaikan kilauan emas dan permata indah yang menyenangkan kalbu bagi setiap pendulang hikmah.

Sebagian petuah dan wasiat mereka telah diabadikan dalam Al-Kitab dan As-Sunnah Ash-Shohihah. Di sela-sela Al-Qur’an kita menemukan banyak nasihat mereka kepada kaum dan keluarganya. Namun kali ini kami akan mengangkat sebuah wasiat dan petuah mereka dari lentera nubuwwah.

 

Kali ini kami akan menemani anda meneguk sebagian wasiat seorang Rasul pertama, yakni Nuh –Shallallahu alaihi wa sallam-.

 

Kita dengarkan seorang sahabat yang mulia, Abdullah bin Amer radhiyallahu anhuma– yang menceritakan sebuah hadits dari Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-, beliau bersabda,

إِنَّ نَبِيَّ اللهِ نُوحًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ قَالَ لاِبْنِهِ : إِنِّي قَاصٌّ عَلَيْكَ الْوَصِيَّةَ : آمُرُكَ بِاثْنَتَيْنِ ، وَأَنْهَاكَ عَنِ اثْنَتَيْنِ ، آمُرُكَ بِلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، فَإِنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ ، وَالأَرْضِينَ السَّبْعَ ، لَوْ وُضِعَتْ فِي كِفَّةٍ ، وَوُضِعَتْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ فِي كِفَّةٍ ، رَجَحَتْ بِهِنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَلَوْ أَنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ ، وَالأَرْضِينَ السَّبْعَ ، كُنَّ حَلْقَةً مُبْهَمَةً ، قَصَمَتْهُنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ ، فَإِنَّهَا صَلاَةُ كُلِّ شَيْءٍ ، وَبِهَا يُرْزَقُ الْخَلْقُ ، وَأَنْهَاكَ عَنِ الشِّرْكِ وَالْكِبْرِ قَالَ : قُلْتُ أَوْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ : هَذَا الشِّرْكُ قَدْ عَرَفْنَاهُ ، فَمَا الْكِبْرُ ؟ قَالَ : الْكِبْرُ أَنْ يَكُونَ لأَحَدِنَا نَعْلاَنِ حَسَنَتَانِ لَهُمَا شِرَاكَانِ حَسَنَانِ قَالَ : لاَ قَالَ : هُوَ أَنْ يَكُونَ لأَحَدِنَا حُلَّةٌ يَلْبَسُهَا ؟ قَالَ : لاَ قَالَ : الْكِبْرُ هُوَ أَنْ يَكُونَ لأَحَدِنَا دَابَّةٌ يَرْكَبُهَا ؟ قَالَ : لاَ قَالَ : أَفَهُوَ أَنْ يَكُونَ لأَحَدِنَا أَصْحَابٌ يَجْلِسُونَ إِلَيْهِ ؟ قَالَ : لاَ قِيلَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، فَمَا الْكِبْرُ ؟ قَالَ : سَفَهُ الْحَقِّ ، وَغَمْصُ النَّاسِ.

“Sesungguhnya Nabi Allah, Nuh -Shallallahu alaihi wa sallam- tatkala dihampiri kematian, maka ia berkata kepada anaknya,

“Sesungguhnya aku akan menyampaikan kepadamu sebuah wasiat. Aku perintahkan kepadamu dua perkara dan aku melarangmu dari dua perkara.

Aku memerintahkanmu dengan  kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ (tiada sembahan yang haq, selain Allah).

 

Sesungguhnya tujuh lapis langit dan tujuh lapis tanah, andaikan diletakkan pada sebuah daun timbangan dan kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ pada daun timbangan yang lain, maka kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ akan mengalahkannya.

Andaikata tujuh lapis langit dan tujuh lapis tanah adalah lingkaran yang tertutup, maka kalimat (لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ) akan memecahkannya. Karena, ia adalah doa segala sesuatu; dengannya para makhluk diberi rezki.

Aku juga melarang kalian dari kesyirikan dan kesombongan.

 

Dia (Abdullah bin Amer) berkata, “Aku katakan, “Wahai Rasulullah, kesyirikan ini sungguh telah kami ketahui, maka apakah kesombongan itu?”

Seorang berkata, “kesombongan itu adalah seorang diantara kami memiliki dua sandal cantik yang memiliki dua tali indah”. Beliau bersabda, “Bukan itu”.

seorang berkata lagi, “Kesombongan itu adalah seorang diantara kami memiliki pakaian yang ia gunakan”. Beliau bersabda, “Bukan itu”.

 

Seorang berkata lagi, “Kesombongan itu adalah seorang diantara kami memiliki hewan tunggangan yang ia kendarai”. Beliau bersabda, “Bukan itu”.

Seseorang berkata, “Apakah kesombongan itu adalah seseorang diantara kami memiliki beberapa sahabat yang mereka duduk bersamanya?” Beliau bersabda, “Bukan begitu”. Lalu ditanyakan, “Wahai Rasulullah, apakah kesombongan itu?”

Beliau bersabda, “Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Al-Adab Al-Mufrod (no. 548) dan Ahmad dalam Al-Musnad (2/169-170 & 225). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Kalimah Al-Ikhlash (hal. 57)]

 

Ulama Negeri Syam, Al-Muhaddits Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy –rahimahullah– berkata,

 

“Di dalam hadits ini terdapat faedah yang banyak; aku cukup isyaratkan kepada sebagiannya saja:

Pertama, disyariatkan memberi wasiat ketika hampir wafat.

 

Kedua, (di dalam hadits ini) terdapat keutamaan tahlil (لا إله إلا الله) dan tasbih serta bahwa keduanya adalah sebab (datangnya) rezki makhluk.

 

Ketiga, Mizan (timbangan) pada hari kiamat benar adanya dan ia memiliki dua daun. Ini termasuk aqidah (keyakinan) Ahlus Sunnah. Lain halnya dengan Mu’tazilah dan para pengekornya di zaman sekarang dari kalangan orang yang tak mempercayai hadits-hadits shohih yang tsabit dengan sangkaan bahwa hadits-hadits itu hanyalah hadits ahad yang tak memberikan faedah yakin. Sungguh aku telah menghancurkan sangkaan ini dalam kitabku yang berjudul “Ma’al Ustadz Ath-Thonthowiy. Semoga Allah memudahkan penyelesaiannya.

 

Keempat, Bumi adalah tujuh lapis seperti halnya langit. Dalam hal ini terdapat banyak hadits di dalam ash-Shohihaian dan selainnya. Semoga saja kami bisa fokus dalam mencari dan mengeluarkan hadits-hadits itu. Ini dikuatkan oleh firman Allah -Tabaroka wa Ta’ala-,

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ [الطلاق : 12]

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi”. (QS. Ath-Tholaq : 12)

 

Yakni, dalam hal penciptaan dan bilangan. Karenanya, jangan anda menoleh kepada orang menafsirkannya dengan makna yang berujung kepada peniadaan kesamaan dalam hal bilangan juga, karena mereka tertipu dengan sesuatu yang dicapai oleh ilmu orang-orang barat berupa perkembangan dan bahwa mereka tak mengetahui tujuh lapis tanah. Padahal mereka (kaum barat) juga tak tahu tujuh lapis tersebut!! Nah, apakah kita mau mengingkari kalam Allah dan kalam Rasul-Nya dengan sebab kejahilan kaum barat dan selain mereka. Padahal mereka sendiri (kaum barat) mengakui bahwa setiap kali bertambah ilmu mereka tentang alam, maka bertambah pula pengetahuan mereka tentang kejahilannya akan alam ini. Maha Benar Allah saat berfirman,

وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا  [الإسراء : 85]

“Tidaklah kalian diberi pengetahuan, melainkan sedikit”. (QS. Al-Israa’ : 85)

 

Kelima, berhias dengan pakaian yang indah bukanlah termasuk kesombongan sedikit pun. Bahkan itu adalah perkara yang disyariatkan. Karena, Allah adalah Maha Indah. Dia mencintai sebagaimana yang dinyatakan oleh beliau -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam momen ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shohih-nya.

 

Keenam, Kesombongan yang digandengkan dengan kesyirikan, dan kesombongan yang tak memasukkan  orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sebesar atom ke dalam neraka, hanyalah kesombongan atas kebenaran  dan menolaknya setelah jelas serta mencerca manusia, tanpa haq. Karenanya, seorang muslim harus waspada dari memiliki suatu sifat seperti sifat kesombongan ini sebagaimana hal ia harus waspada dari tersifati dengan kesyirikan yang akan mengekalkan pelakunya di dalam neraka”. [Lihat Ash-Shohihah (no. 134)]

 

Para pembaca yang budiman, Nabi Nuh memerintahkan anaknya dengan kalimat (لاَ إِلهَ إلاَّ اللهُ), bukanlah perintah yang kosong dari suatu makna, tanpa arti. Bahkan beliau memerintahkan anaknya agar mengucapkan kalimat itu diiringi keyakinan terhadap makna dan konsekuensinya serta terus menerus bersabar di atasnya.

 

 

Syaikh Sulaiman bin Abdir Rahman Al-Hamdan –rahimahullah– berkata, “Barangsiapa yang menyatakan kalimat ini dengan ikhlash, yakin dan mengamalkan konsekuensinya serta istiqomah di atas hal itu, maka ia termasuk orang yang tak ada rasa takut sama sekali atasnya dan tak pula mereka bersedih. Hadits ini juga menunjukkan bahwa kalimat (لا إله إلا الله) adalah dzikir paling afdhol”. [Lihat Ad-Durr An-Nadhid (hal. 34)]

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *