Diantara riwayat dan sejarah matahari yang sudah dilupakan oleh kalangan sejarawan dunia, kisah seorang nabi yang sholih, yaitu Nabi Yusya’ bin Nun –Shallallahu alaihi wa sallam-.
Disebutkan riwayat dan sejarahnya oleh Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wa sallam– sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhoriy dalam kitab Shohih-nya dan Imam Muslim juga dalam kitab Shohih-nya bahwa ketika Nabi Yusya’ hendak melakukan jihad melawan kaum kafir yang menguasai Baitul Maqdis, maka ia memberikan nasihat kepada semua pasukannya.
Kemudian beliau pun melakukan perjalanan dalam memerangi kaum kafir. Ketika beliau melihat perang belum usai, sedang matahari hampir tenggelam, maka ia pun memohon kepada Allah agar matahari ditahan.
Akhirnya, Allah -Azza wa Jalla- menahan matahari sampai Nabi Yusya’ menyelasaikan perang dan mengalahkan kaum kafir.
Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ لَمْ تُحْبَسْ لِبَشَرٍ إِلَّا لِيُوشَعَ لَيَالِيَ سَارَ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ
“Sesungguhnya matahari tak pernah ditahan untuk seorang manusia pun, selain untuk Nabi Yusya’ di hari beliau melakukan perjalanan menuju Baitul Maqdis”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/325) dari Abu Hurairah. Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 202)]
Ahli Hadits Negeri Yordania, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy –rahimahullah– berkata,
و فيه أن الشمس لم تحبس لأحد إلا ليوشع عليه السلام ، ففيه إشارة إلى ضعف ما يروى أنه وقع ذلك لغيره
“Di dalam hadits ini terdapat keterangan bahwa matahari tak pernah ditahan (oleh Allah), selain untuk Yusya’ –alaihis salam-. Di dalam hadits ini terdapat isyarat tentang lemahnya sesuatu yang diriwayatkan bahwa hal itu juga bagi selain beliau”. [Lihat As-Silsilah Ash-Shohihah (no. 202)]
Kisah Nabi Yusya’ bin Nun ini merupakan bukti kuat bahwa banyak di antara sejarah dunia yang berserakan dan sudah dilupakan oleh manusia.
Kisah-kisah itu adalah bukti yang menjelaskan kebesaran dan kekuasaan Allah sebagai satu-satunya sembahan yang haq bagi manusia.
Akan tetapi karena kebanyakan sejarawan dunia dari kalangan orang jahil dan atheis, maka merekapun tidak atau enggan menyebutkan kisah-kisah seperti ini.
Sejarah yang luar biasa, matahari ditahan oleh Allah Sang Maha Pencipta segala sesuatu. Makhluk yang demikian besar tunduk kepada ketentuan Allah.
Dia-lah yang mengatur gerakan dan pergeseran matahari. Matahari setiap harinya bersujud di hadapan Allah demi merendah, meminta izin dan menunggu perintah Allah –Azza wa Jalla-.
Dari Abu Dzarr –radhiyallahu anhu– berkata,
كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ عِنْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ فَقَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ أَتَدْرِي أَيْنَ تَغْرُبُ الشَّمْسُ قُلْتُ اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهَا تَذْهَبُ حَتَّى تَسْجُدَ تَحْتَ الْعَرْشِ
“Dahulu aku pernah bersama Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- di dalam masjid ketika terbenamnya matahari seraya bersabda, “Wahai Abu Dzarr, kemanakah matahari terbenam?” Aku jawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya ia (matahari) pergi hingga ia bersujud di bawah Arsy”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (no. 4802)]
Kemudian Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– membacakan ayat,
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ [يس : 38]
“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS. Yaasin: 38)
Itulah matahari yang berjalan pada tempat peredarannya pada setiap hari berdasarkan ketentuan Penciptanya. Jika kiamat telah dekat, maka ia tak diberi izin untuk lanjut, tapi ia akan diperintahkan terbit dari arah barat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Al-Harroniy –rahimahullah– berkata,
((فقد أخبر في هذا الحديث الصحيح بسجود الشمس إذا غربت واستئذانها وكذلك قال أبو العالية وغيره
قال أبو العالية : “ما في السماء نجم ولا شمس ولا قمر إلا يقع ساجدا حين يغيب ثم لا ينصرف حتى يؤذن له فيأخذ ذات اليمين حت يرجع إلى مطلعه”،
ومعلوم أن الشمس لا تزال في الفلك كما اخبر الله تعالى بقوله
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ [الأنبياء : 33]
فهي لا تزال تسبح في الفلك وهي تسجد لله وتستأذنه كل ليلة كما أخبر النبي صلى الله عليه و سلم فهي تسجد سجودا يناسبها وتخضع له وتخشع كما يخضع ويخشع كل ساجد من الملائكة والجن والإنس)) رسالة في قنوت الأشياء – (ص / 37)
“Sungguh beliau mengabarkan dalam hadits yang shohih ini tentang bersujudnya matahari bila terbenam dan (mengabarkan) tentang permintaan izinnya matahari (kepada Allah). Demikian pula yang dikatakan oleh Abul Aliyah dan selainnya.
Abul Aliyah berkata, “Tak ada suatu bintang, matahari, bulan, kecuali ia akan bersimpuh sujud saat ia terbenam, lalu ia tak akan pergi (berjalan) sampai ia diberi izin. Kemudian ia pun mengambil arah kanan sampai ia kembali pada peredarannya.”
Perkara yang telah dimaklumi bahwa matahari senantiasa berada dalam garis edarnya sebagaimana yang Allah kabarkan dalam firman-Nya,
“Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”. (QS. Al-Anbiyaa’ : 33)
Jadi, matahari itu senantiasa beredar di dalam garis edarnya. Dia akan selalu bersujud dan meminta izin kepada Allah pada setiap malam sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-. Matahari bersujud dengan suatu sujud yang sesuai dengannya, tunduk kepada-Nya dan menyerah sebagaimana halnya segala sesuatu berupa malaikat dan jin serta manusia tunduk dan menyerah”. [Lihat Risalah fi Qunutil Asy-yaa’ (hal. 37)]
Matahari akan senantiasa berjalan pada garis edarnya sampai waktu yang telah ditetapkan oleh Allah, yaitu ketika waktu kiamat telah datang dan pintu tobat telah tertutup.
Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا فَإِذَا رَآهَا النَّاسُ آمَنَ مَنْ عَلَيْهَا فَذَاكَ حِينَ [لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ]
“Hari kiamat tak akan tegak sampai matahari terbit dari arah barat. Jika manusia melihatnya (terbit dari barat,- pent.), maka berimanlah orang-orang yang ada di permukaan bumi. Hal itu (terjadi) ketika tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4635)]
Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– dalam hadits ini mengisyaratkan firman Allah –Azza wa Jalla-,
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ [الأنعام : 158]
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat (tanda kiamat) dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: “Tunggulah olehmu, sesungguhnya kamipun menunggu (pula)”. (QS. Al-An’aam : 158)
Al-Imam Abul Faroj Abdur Rohman Ibnul Jauziy –rahimahullah– berkata,
طلوع الشمس من مغربها آية تعم الكل وتدل على الصانع المقلب للأشياء وقد سبق الوعد بذلك في القرآن فإذا اضطرهم ذلك إلى التصديق لم يقبل إيمان من يؤمن حينئذ
ولقد زعم الملحدون وأهل النجوم أن ذلك لا يكون فيبين كذبهم ويظهر القدرة على ما طلبه الخليل من نمرود بقوله : ((فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ)) [البقرة/258]
“Terbitnya matahari dari arah barat, sebuah tanda (terjadinya kiamat) yang akan mengenai setiap orang, dan tanda itu menunjukkan Sang Maha Pencipta Yang Membolak-balikkan segala sesuatu. Sungguh telah berlalu janji tentang hal itu di dalam Al-Qur’an. Jika mereka (manusia) didesak oleh hal itu (munculnya matahari dari barat) untuk membenarkan, maka keimanan orang yang mau beriman tidak lagi diterima pada hari itu.
“Maka terbitkanlah dia dari barat,” (QS. Al-Baqoroh : 258).” [Lihat Kasyf Al-Musykil (1/978), cet. Dar Al-Wathon, 1418 H]
Para pembaca yang budiman, hadits di atas menjelaskan bahwa kiamat tak akan tegak sampai ia akan terbit dari arah barat.
Ini merupakan bantahan bagi orang-orang yang meramalkan bahwa kiamat akan terjadi tanggal 21 Desember 2012 M.
Alhamdulillah, kita sudah melalui tanggal tersebut, sedang kiamat juga belum terjadi, karena memang matahari sampai saat ini juga belum terbit dari arah barat!!
Matahari adalah makhluk besar di alam semesta. Lantaran, kebesaran bentuk matahari, ada sebagian diantara manusia yang mempertuhankannya, seperti orang-orang Saba’, Jepang, Babilonia, dan bangsa Mesir Kuno (kaumnya Fir’aun).
Padahal matahari adalah makhluk yang lemah di sisi Allah –Azza wa Jalla-. Tak layak untuk disembah, sebab ia juga butuh pertolongan dan inayah Allah –Azza wa Jalla-.
Amat mengherankan bila ada orang-orang yang menyembahnya. Sungguh lemah akal mereka!!
Allah –Tabaroka wa Ta’ala– berfirman dalam membantah para penyembah matahari,
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ [فصلت : 37]
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika hanya Dia (Allah) saja yang kalian hendak sembah”. (QS. Fashshilat : 37)
Jadi, inilah riwayat dan sejarah perjalanan matahari. Dia diciptakan oleh Allah –Azza wa Jalla– sebagai makhluk yang akan menjadi tanda kebesaran dan kekuasaan Allah –Ta’ala– serta menjadi tanda tegaknya hari kiamat. Dia berada di bawah pengaturan Allah, sebab ia adalah ciptaannya. Dia-lah yang yang mengaturnya sekehendak-Nya!!
—————————————————————————–