Urgensi Penyucian Jiwa (Tazkiyatun Nufus)

  • Oleh : Abu Amatillah Anshari

 

Membersihkan jiwa merupakan perkara yang sangat penting karena beberapa sebab di antaranya:

1). Baiknya hati akan menyebabkan baiknya seluruh anggota badan

Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

…أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ٬ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ.

Artinya:
“…Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila ia baik maka baik pula seluruh tubuhnya. Dan apabila ia buruk, maka buruk pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy (no. 52, 1946), Muslim (no. 1599), dari sahabat An-Nu’man bin Basyiir radhiyallahu ‘anhu).

Dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:

الْقَلْبُ مَلِكٌ وَالْأَعْضَاءُ جُنُودُهُ٬ فَإِذَا طَابَ الْمَلِكُ طَابَتْ جُنُودُهُ٬ وَإِذَا خَبُثَ الْمَلِكُ خَبُثَتْ جُنُودُهُ.

Artinya:
“Hati ibarat raja sedangkan anggota badan ibarat pasukannya apabila rajanya baik maka pasukannya akan baik pula, dan apabila rajanya buruk maka pasukannya akan buruk pula.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman dan Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf).

2). Hati bisa sakit, kotor bahkan mati

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

القلبُ يمرضُ كما يمرضُ البدنُ وشفاؤهُ في التوبة والحمية٬ ويصدأ كما تصدأ المرآةُ٬ وجلاؤه بالذَّكر٬ ويعری كما يعری الجسمُ وزينتُه التقوی٬ ويجوع ويظمأ كما يجوع البدنُ٬ وطعامه وشرابه: المعرفةُ٬ والمحبّةُ٬ والتوكُّلُ٬ والإنابة٬ والخدمةُ.

Artinya:
” Hati dapat mengalami sakit sebagaimana halnya badan dan obatnya adalah dengan bertaubat dan menjaganya dari perbuatan buruk. Hati juga dapat berkarat sebagaimana cermin, dan untuk membersihkannya adalah dengan berdzikir. Hati juga bisa telanjang sebagaimana halnya badan dan pakaian untuk menghiasinya adalah takwa. Hati juga bisa lapar sebagaimana halnya tubuh, makanan dan minumannya adalah mengenal dan mencintai Allah, bertawakal dan kembali kepada-Nya serta berkhidmat kepada-Nya.”(Fawaaidul Fawaaid, hal. 226).

3. Sumpah yang paling panjang dalam Al-Qur’an berbicara tentang penyucian jiwa
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا۝وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا۝وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا۝وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا۝وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا۝وَالْأَرْضِ وَمَا طَحَاهَا۝وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا۝فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا۝قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا۝وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا۝

Artinya:
Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Surah Asy-Syams, ayat 1-10).

Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya, maksudnya: dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Demikian juga dia membersihkan jiwanya dari akhlak yang rendah dan hina. Ini merupakan pendapat dari Qatadah, Mujahid Mujahid dan Sa’id bin Jubair.

Dan sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya. Maksudnya menelantarkan dan menjerumuskan jiwanya dengan menjauhkannya dari petunjuk sehingga ia berbuat kemaksiatan dan meninggalkan ketaatan Allah Subhanahu Wata’ala.
(Tafsir Ibnu Katsiir, Juz IV, hal. 639-640).

4). Perhatian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap jiwa sangatlah besar.
Hal ini bisa dilihat dari doa-doa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam seperti doa-doa berikut ini:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَی دِيْنِكَ.

Artinya:
“Wahai Dzat Yang Maha membolak-balikan hati kokohkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy, no. 3522).
Dan juga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa berdoa:

اللهُمَّ آتِ نَفْسِي تْقْوَاهَا وَزَكّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا.

Artinya:
“Ya Allah berikanlah ketakwaan pada jiwaku dan sucikanlah ia, karena Engkaulah sebaik-baik yang menyucikannya, Engkaulah yang menguasai dan memilikinya.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2722).

5). Derajat yang tinggi akan diraih oleh orang yang senantiasa menyucikan jiwanya
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَمَن يَأْتِهِۦ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَأُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلدَّرَجَٰتُ ٱلْعُلَىٰ۝جَنَّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ جَزَآءُ مَن تَزَكَّىٰ۝

Artinya:
“Barangsiapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan beriman, telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).” (Surah Thaha, ayat 75-76).
Dan firman Allah:

وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّیٰ.

dan itulah balasan bagi orang yang menyucikan diri. 

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

أي: طهّر نفسَه من الدَّنس والخُبْث والشّرك، وعبَد الله وحده لا شريك له، وصدّق المرسلين فيما جاءوا به من خبر وطلب.

Maksudnya: Orang yang menyucikan dirinya dari kotoran, keburukan, dan kesyirikan, beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya serta membenarkan para Rasul pada apa yang mereka bawa berupa berita dan perintah. (Tafsiir Ibnu Katsiir, Juz III, hal. 203).

wallahu a’lam.

—————————————————————————–