oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah hafizhahullah [Pembina Ponpes Al-Ihsan Gowa]
Jika manusia jauh dari tuntunan Al-Kitab dan Sunnah, maka ia akan terjerumus dalam kubang-kubang kesesatan yang gelap, walaupun ia menyangka dirinya mendapatkan petunjuk.
Ambil sebagai contoh, Jahmiyyah (sekte sesat binaan Jahm bin Shofwan) telah terjatuh dalam kesesatan, saat mereka menyangka bahwa kalamullah (ucapan dan firman Allah) –diantaranya, Al-Qur’an- adalah makhluk diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah.
Padahal jika mereka mau kembali kepada Al-Qur’an, dan Sunnah menurut pemahaman salaf (yakni, para sahabat, tabi’in, dan ulama’-ulama’ yang mengikuti mereka), niscaya mereka tak akan menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, bahkan Al-Qur’an adalah firman dan ucapan Allah. Sedangkan firman dan ucapan-Nya adalah sifat Allah, bukan makhluk !!
Banyak sekali dalil yang menguatkan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah (ucapan dan firman Allah), bukan makhluk.
Dalil-dalil tersebut, ada baiknya kita bawakan agar menguatkan aqidah, dan iman kita.
Dalil dari Al-Qur’an Al-Karim
Allah -Ta’ala- telah mencela suatu kaum di dalam Al-Qur’an, karena mereka meyakini bahwa Al-Qur’an itu adalah ucapan manusia alias makhluk,
{فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (24) إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ (25) سَأُصْلِيهِ سَقَرَ (26)} [المدثر: 24 – 26]
“Lalu dia berkata: “(Al Quran) Ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia”. Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar”. (QS. Al-Muddatstsir: 24-26).
Ahli Tafsir Negeri Syam, Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata menafsiri ayat ini,
“يَقُولُ تَعَالَى مُتَوَعِّدًا لِهَذَا الْخَبِيثِ الَّذِي أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِ بِنِعَمِ الدُّنْيَا، فَكَفَرَ بِأَنْعُمِ اللَّهِ، وَبَدَّلَهَا كُفْرًا، وَقَابَلَهَا بِالْجُحُودِ بِآيَاتِ اللَّهِ وَالِافْتِرَاءِ عَلَيْهَا، وَجَعَلَهَا مِنْ قَوْلِ الْبَشَرِ.” اهـ من تفسير القرآن العظيم لابن كثير، ت : سلامة (8/ 265)
“Allah -Ta’ala- berfirman dalam memberikan ancaman kepada orang keji ini, yang telah Allah berikan nikmat kepadanya, yaitu nikmat-nikmat duniawi. Lalu ia mengingkari nikmat-nikmat Allah, dan menggantinya dengan kekafiran; membalasnya dengan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah, dan mengada-ada atasnya; ia menganggapnya termasuk ucapan manusia”. [Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim (4/568)]
Jadi, Al-Qur’an adalah firman Allah, bukan makhluk, dan bukan pula ucapan manusia. Segala sesuatu dari Al-Qur’an adalah firman Allah, baik yang tertulis dalam mushaf, diucapkan oleh manusia, direkam dalam kaset, dan lainnya; semua itu adalah firman Allah, bukan makhluk. Walaupun suara manusia, kertas dan tinta yang dipakai menulis, dan kaset yang dipakai merekam; semua itu adalah makhluk. Adapun yang disuarakan, ditulis, direkam, maka itu adalah firman Allah, bukan makhluk.
Allah -Ta’ala- berfirman,
{بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (117)} [البقرة: 117]
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) dia hanya mengatakan kepadanya, “Jadilah!”, lalu jadilah ia”. (QS. Al-Baqoroh: 117).
Allah menjelaskan bahwa jika Dia menghendaki sesuatu, dan telah memutuskan (penciptaan)nya, maka Dia hanya berfirman, “Jadilah”, lalu jadilah hal itu.
Jadi, Allah menciptakannya dengan firman-Nya. Ayat ini membedakan antara firman-Nya yang merupakan sifat-Nya dan antara makhluk-Nya yang tercipta dengan perintah, dan ucapan-Nya. [Lihat Al-Ushul allati Banaa alaiha Ahlul Hadits Manhajahum fid Da’wah ilallah (hal. 214), cet. Dar Adh-Dhiya’]
Allah -Ta’ala- berfirman,
{وَلَئِنْ أَتَيْتَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ بِكُلِّ آيَةٍ مَا تَبِعُوا قِبْلَتَكَ وَمَا أَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ وَمَا بَعْضُهُمْ بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ (145)} [البقرة: 145]
“Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), maka mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, Sesungguhnya kamu -kalau begitu- termasuk golongan orang-orang yang zhalim”. (QS. Al-Baqoroh: 145).
Sesungguhnya Al-Qur’an yang merupakan kalamullah adalah ilmu Allah -Ta’ala-. Barangsiapa yang menyangka bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka sungguh ia telah menyangka bahwa ilmu Allah adalah makhluk. Na’udzu billah min dzalik. [Lihat Al-Ushul allati Banaa alaiha Ahlul Hadits Manhajahum fid Da’wah ilallah (hal. 214), cet. Dar Adh-Dhiya’]
Dalil dari Sunnah Nabawiyyah
Abdullah bin Umar -radhiyallahu ‘anhu– berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهٌ تَعَالَى الْقَلَمُ, فَأَخَذَهُ بِيَمِيْنِهِ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِيْنٌ, قَالَ: فَكَتَبَ الدُّنْيَا وَمَا يَكُوْنُ فِيْهَا مِنْ عَمَلٍ مَعْمُوْلٍ: بِرٍ أَوْ فُجُوْرِ, رَطْبٍ أَوْ يَابِسٍ
“Makhluk yang paling pertama Allah -Ta’ala- ciptakan adalah Al-Qolam (Pena). Kemudian Allah mengambilnya dengan tangan kanan-Nya. Sedang kedua tangan-Nya adalah yamin. Lalu Allah menetapkan adanya dunia, dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya berupa amalan baik yang dikerjakan, maupun amalan jelek; yang basah, maupun kering”. [HR. Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (106), dan Al-Ajurriy dalam Asy-Syari’ah (hal. 180). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Zhilal Al-Jannah (1/42)
Hadits ini menunjukkan bahwa Al-Qolam (pena) adalah makhluk pertama yang Allah ciptakan, sedang kalamullah (ucapan Allah) telah ada sebelum Al-Qolam. Bahkan Al-Qolam tercipta dengan kalamullah.
Ini semua menunjukkan bahwa kalamullah adalah sifat Allah, bukan makhluk ciptaan-Nya.
Al-Imam Ahmad -rahimahullah- berkata,
“Syaikh ini (Yakni, Abbas An-Narsiy) telah menunjuki kita kepada sesuatu yang belum kita pahami, yaitu sabdanya, “Sesungguhnya sesuatu yang paling pertama Allah ciptakan adalah Al-Qolam”, sedang Al-Kalam (firman Allah) ada sebelum Al-Qolam”. [HR. Al-Ajurriy dalam Asy-Syari’ah (no. 178)]
Al–Kalam (berbicara) adalah sifat yang telah ada pada diri Allah sebelum Allah menciptakan seluruh makhluk-Nya. Dengan ini, nyatalah bagi kita perbedaan antara kalamullah yang merupakan sifat Allah dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya.
Dalil berupa Ijma’ Para Salaf
Keyakinan seperti ini telah diyakini oleh seluruh manusia di zaman para sahabat, apalagi para ulama. Sebab, perkara yang jelas dan gamblang seperti ini telah dikuatkan dan dijelaskan oleh dalil-dalil dalam Al-Kitab dan As-Sunnah An-Nabawiyyah.
Al-Imam Abu Muhammad Ibnu Qutaibah Ad-Dainuriy -rahimahullah- (wft 276 H) berkata,
“وَلَوْ أَمْعَنَ هَؤُلَاءِ النَّظَرَ، وَأُوتُوا طَرَفًا مِنَ التَّوْفِيقِ، لَعَلِمُوا أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يَكُونَ الْقُرْآنُ مَخْلُوقًا؛ لِأَنَّهُ كَلَامُ اللَّهِ تَعَالَى، وَكَلَامُ اللَّهِ مِنَ اللَّهِ، وَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ شَيْءٌ مَخْلُوقٌ.” اهـ من تأويل مختلف الحديث (ص: 377)
“Andai mereka (yang berpendapat Al-Qur’an adalah makhluk) mau menajamkan pandangannya, dan diberikan sekeping taufiq, niscaya mereka akan mengetahui bahwa tidak mungkin Al-Qur’an itu adalah makhluk. Karena Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah). Sedang kalamullah dari Allah. Tak ada sesuatu yang berasal dari diri Allah yang merupakan makhluk”. [Lihat Ta’wil Mukhtalaf Al-Hadits (hal. 259)]
Inilah aqidah (keyakinan) yang bercokol di hati kaum muslimin dari zaman kenabian sampai hari ini; Ahlus Sunnah terus meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah (ucapan Allah), bukan makhluk ciptaan Allah.
Abu Bakr bin Ayyasy -rahimahullah- berkata,
مَنْ زَعَمَ أَنَّ الْقُرْآنَ مَخْلُوقٌ فَهُوَ عِنْدَنَا كَافِرٌ زِنْدِيقٌ عَدُوُّ لِلَّهِ تَعَالَى، لَا تُجَالِسْهُ وَلَا تُكَلِّمْهُ
“Barangsiapa yang menyangka bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia menurut kami adalah kafir lagi zindiq, dan musuh Allah; Jangan kamu menemaninya duduk, dan jangan kamu mengajaknya berbicara”. [HR. Al-Ajurriy dalam Asy-Syari’ah (no. 163), Abu Dawud dalam Al-Masa’il (hal. 267), dan Al-Bukhoriy dalam Kholq Af’al Al-Ibad (hal. 119)]
Ulama’ tabi’in, Amr bin Dinar -rahimahullah- (wft 126 H) berkata menghikayatkan ijma’ para salaf dalam perkara ini,
سَمِعْتُ مَشِيْخَنَا مُنْذُ سَبْعِيْنَ يَقُوْلُوْنَ :الْقُرْآنُ كَلاَمُ اللهِ, لَيْسَ بِمَخْلُوْقٍ
“Aku telah mendengarkan para guru-guru kami berkata sejak 70 tahun, “Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan makhluk”. [HR. Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (1/190)]
Seorang ulama’ Syafi’iyyah, Al-Imam Abu Bakr Al-Baihaqiy -rahimahullah- berkata,
“مَشْيَخَةُ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ جَمَاعَةٌ مِنَ الصَّحَابَةِ مِنْهُمْ: عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبَّاسٍ، وَعَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ، وَجَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، وَعَبْدُ اللهِ بْنُ الزُّبَيْرِ وَأَكَابِرُ التَّابِعِينَ.” اهـ من شعب الإيمان (1/ 190)
“Guru-gurunya Amr bin Dinar adalah sekelompok sahabat, dianataranya Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdillah, Abdullah bin Az-Zubair, dan para pembesar tabi’in”. [Lihat Syu’abul Iman (1/190), cet. Dar Al-Jiil]
Inilah aqidah para sahabat yang menetapkan bahwa Al-Qur’an adalah ucapan Allah, bukan makhluk. Keyakinan ini terus diyakini oleh generasi setelahnya.
Sekarang ada baiknya kita dengarkan Al-Imam Ash-Shobuniy -rahimahullah- (wft 449 H) berkata,
“ويشهد أصحاب الحديث ويعتقدون أن القرآن كلام الله وكتابه، ووحيه وتنزيله غير مخلوق، ومن قال بخلقه واعتقده فهو كافر عندهم.” اهـ من عقيدة السلف أصحاب الحديث (ص: 3)
“Ashabul Hadits (yakni, Ahlus Sunnah wal Jama’ah) mempersaksikan, dan meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah (ucapan Allah), Kitab-Nya, wahyu-Nya, dan sesuatu yang Allah turunkan, bukan makhluk! Barangsiapa yang meyakini bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia kafir di sisi Ahlus Sunnah”. [Lihat Aqidah As-Salaf Ash-habil Hadits (hal. 40)]
Keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan makhluk, tidak hanya diyakini oleh para tabi’in, bahkan para imam ahli fiqih pun yang datang setelahnya juga meyakininya dan telah aqidah mereka.
Al-Imam Al-Barbahariy -rahimahullah- berkata,
“والقرآن كلام الله وتنزيله ونوره، ليس بمخلوق؛ لأن القرآن من الله، وما كان من الله فليس بمخلوق، وهكذا قال مالك بن أنس وأحمد بن حنبل والفقهاء قبلهما وبعدهما، والمراء فيه كفر.” اهـ من شرح السنة للبربهاري (ص: 71)
“Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah), sesuatu yang turunkan, dan cahaya-Nya, bukan makhluk, karena Al-Qur’an dari diri Allah. Apa saja yang berasal dari diri Allah, maka bukan makhluk. Demikianlah yang dinyatakan oleh Malik bin Anas, Ahmad bin Hambal, para ahli fiqih, sebelum dan setelah keduanya; berdebat tentangnya adalah kekafiran”. [Lihat Syarhus Sunnah (hal. 71), karya Al-Barbahariy]
Silakan simak Imam Ahlus Sunnah, Ahmad bin Hambal Asy-Syaibaniy -rahimahullah- saat beliau berkata,
وَالْقُرْآنُ كَلاَمُ اللهِ, وَلَيْسَ بِمَخْلُوْقٍ, وَلاَ تَضْعُفْ أَنْ تَقُوْلَ: لَيْسَ بِمَخْلُوْقٍ, فَإِنَّ كَلاَمَ اللهِ مِنْهُ, وَلَيْسَ مِنْهُ شَيْءٌ مَخْلُوْقٌ
“Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah), bukan makhluk. Jangan kau canggung untuk berkata, “Dia bukan makhluk”, karena firman Allah dari Allah. Sedang tak ada dari diri-Nya sesuatu berupa makhluk”. [Lihat Syarh Ushul I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah (1/157)]
Seorang ulama’ Malikiyyah, Al-Imam Ibnu Abi Zaid Al-Qoirowaniy -rahimahullah- berkata,
“كلَّم موسى بكلامِه الَّذي هو صفةُ ذاتِه، لا خَلْقٌ مِن خَلقِه.” اهـ من قطف الجني الداني شرح مقدمة رسالة ابن أبي زيد القيرواني (ص: 45)
“Allah telah berbicara dengan Musa dengan kalam-Nya (firman-Nya) yang merupakan sifat dzatiyyah-Nya, bukan makhluk diantara makhluk-makhluk-Nya”. [Lihat Qothful Janaa Ad-Dani (hal. 45) karya Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad]
Inilah keyakinan dan aqidah yang harus dipegangi oleh setiap mukmin, karena itu adalah kebenaran yang dilandasi oleh dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabawiyyah, bahkan ijma’ para As-Salafush Sholeh, dan ulama-ulama setelah.
Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thohawiy -rahimahullah- (wft 321 H) berkata saat menyebutkan aqidah Ahlus Sunnah,
“وأن القرآن كلام الله، منه بدا بلا كيفية قولاً، وأنزله على رسوله وحياً، وصدقه المؤمنون على ذلك حقاً، وأيقنوا أنه كلام الله تعالى بالحقيقة، ليس بمخلوق ككلام البرية، فمن سمعه فزعم أنه كلام البشر فقد كفر.” اهـ من العقيدة الطحاوية (ص: 41)
“Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah). Dari-Nya Al-Qur’an muncul -tanpa kaifiyyah-, dalam bentuk ucapan; Allah menurunkannya kepada Rasul-Nya dalam bentuk wahyu. Al-Qur’an telah dibenarkan oleh orang-orang beriman dengan benar; mereka meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah secara hakiki, bukan makhluk sebagaimana halnya ucapan manusia. Barangsiapa yang mendengarnya, dan menyangkanya sebagai ucapan manusia , maka ia kafir”. [Lihat Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah (hal. 41)]
Al-Imam Ibnu Abil Izz Al-Hanafiy -rahimahullah- berkata,
“هَذِهِ قَاعِدَةٌ شَرِيفَةٌ، وَأَصْلٌ كَبِيرٌ مِنْ أُصُولِ الدِّينِ، ضَلَّ فِيهِ طَوَائِفُ كَثِيرَةٌ مِنَ النَّاسِ. وَهَذَا الَّذِي حَكَاهُ الطَّحَاوِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ هُوَ الْحَقُّ الَّذِي دَلَّتْ عَلَيْهِ الْأَدِلَّةُ مِنَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ لِمَنْ تَدَبَّرَهُمَا، وَشَهِدَتْ بِهِ الْفِطْرَةُ السَّلِيمَةُ الَّتِي لَمْ تُغَيَّرْ بِالشُّبُهَاتِ وَالشُّكُوكِ وَالْآرَاءِ الْبَاطِلَةِ.” اهـ من شرح الطحاوية ت الأرناؤوط (1/ 172)
“Ini adalah kaidah yang mulia dan prinsip yang besar di antara prinsip-prinsip agama. Apa yang dihikayatkan oleh Ath-Thohawiy -rahimahullah-, itulah yang benar, telah ditunjukkan oleh dalil-dalil dari Al-Kitab dan Sunnah bagi yang mentadabburinya. Itu juga dikuatkan oleh fithrah selamat yang belum berubah dengan (pengaruh) syubhat, keraguan, dan pemikiran-pemikiran batil”. [Lihat Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah (1/172), dengan tahqiq Syu’aib Al-Arna’uth, cet. Mu’assasah Ar-Risalah, 1417 H]
Inilah beberapa nukilan dan pernyataan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari zaman ke zaman bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah (ucapan, dan firman Allah), bukan makhluk.
Barangsiapa yang menyangka –seperti halnya sekte Jahmiyyah- bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia kafir.
Al-Imam Asy-Syafi’iy -rahimahullah- berkata,
“الْقُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ غَيْرَ مَخْلُوقٍ، وَمَنْ قَالَ : “مَخْلُوقٌ” فَهُوَ كَافِرٌ!” اهـ من الشريعة للآجري (1/ 508/ رقم : 176)
“Al-Qur’an adalah ucapan Allah -Azza wa Jalla-, bukan makhluk. Barangsiapa yang berkata, “Al-Qur’an adalah makhluk”, maka ia kafir”. [Atsar Riwayat Al-Ajurriy dalam Asy-Syari’ah (1/508/176)]