oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah hafizhahullah
edisi : 28 Dzulhijjah 1437 H
Banyak orang yang mengira bahwa Nabi Isa adalah seorang yang beragama Kristen dan membawa misi penyebaran agama itu. Sehingga mereka pun seakan-akan mempertentangkan antara beliau dengan Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wa sallam-. Padahal mereka (para nabi) adalah satu agama (yaitu, Islam), walaupun syariat dalam beragama yang berbeda.
Pembaca yang budiman, ketahuilah bahwa agama haq (benar) yang pernah dibawa dan diajarkan oleh Nabi Isa –alaihis salam- kepada Bani Isra’il adalah agama Islam yang menyeru kepada tauhid dan memberantas syirik, mengajarkan ketaatan kepada wahyu Allah (Injil).
Hanya saja Paulus beserta kaum Yahudi dan Raja Romawi yang menganut kesyirikan dan paganisme memusuhi orang-orang Islam yang bertauhid merupakan pengikut setia Nabi Isa.
Semua sekte sesat yang mengaku pengikut Nabi Isa, bersekutu menghapuskan tauhid dan para pengikutnya. Ini terbukti dalam Konsili Nicea yang memaksakan doktrin trinitas yang telah lama diusung dan diperjuangkan oleh Paulus dan para pengekornya.
Mereka membantai kaum unitarian yang masih mempertahankan tauhid dan membenci syirik serta setia kepada inti ajaran Nabi Isa. Sebagai korban, Arius dari Alexandria mendapatkan tekanan dan pengucilan dari mereka akibat masih mempertahankan prinsip tauhid!!
Ketahuilah bahwa Nabi Isa –alaihis salam- adalah seorang muslim, bukan seorang musyrik dan kafir. Agama yang dibawa dan diserukan oleh Isa –alaihis salam- adalah Islam!!!
Allah –Azza wa Jalla– menjelaskan hal itu dalam firman-Nya,
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (132) أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (133) [البقرة/132، 133]
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub (berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka janganlah kamu mati, kecuali dalam memeluk agama Islam”. Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. Al-Baqoroh : 132-133)
Perhatikan ucapan Ibrahim dan Ya’qub (Israel), “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam“.
Sebuah pertanyaan muncul, “Siapakah diantara anak cucu Ibrahim dan Ya’qub yang diwasiati agar jangan mati, kecuali dalam keadaan beragama Islam?”
Jawabnya, Nabi Isa termasuk diantara anak cucu Ibrahim dan Ya’qub yang diajak dan diingatkan agar ber-Islam dan mati di atasnya.
Nabi Ibrahim, Ya’qub serta anak cucunya semua berada di atas Islam!! Mereka tidak berada di atas agama Yahudi dan Nashrani-Kristen.
Allah –Azza wa Jalla– berfirman,
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (67) إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ (68)
[آل عمران/67، 68]
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi muslim (berserah diri kepada Allah), dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad). Dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman”. (QS. Ali Imraan : 67-68)
Orang muslim (مُسْلِمٌ), artinya orang berserah diri. Dikatakan demikian, karena mereka hanya menyerahkan segala perbuatan dan amal ibadah mereka kepada Allah saja. Mereka tak menyekutukan Allah dalam beribadah kepada-Nya. Sebab, ini adalah kesyirikan yang amat dibenci oleh Allah.
Allah –Azza wa Jalla– berfirman,
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطَ كَانُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (140) [البقرة/140]
“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan asbath (anak cucunya), adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kalian lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kalian kerjakan”. (QS. Al-Baqoroh : 140)
“Syahadah dari Allah” ialah persaksian Allah yang tersebut dalam Taurat dan Injil bahwa Nabi Ibrahim dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan bahwa Allah akan mengutus Muhammad –Shallallahu alaihi wa sallam– sebagai rasul yang akan membenarkan risalah sebelumnya dan menghapus semua syariat yang ada!!
Seorang ulama tabi’in, Al-Imam Al-Hasan Al-Bashriy –rahimahullah– berkata saat menafsirkan ayat di atas,
كَانَتْ شَهَادَةُ اللَّهِ الَّذِي كَتَمُوا أَنَّهُمْ كَانُوا يَقْرَءُونَ فِي كِتَابِ اللَّهِ الَّذِي أَتَاهُمْ إنَّ الدِّينَ الإِسْلامُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَأَنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطَ كَانُوا بُرَّاءً مِنَ الْيَهُودِيَّةِ وَالنَّصْرَانِيَّةِ، فَشَهِدُوا لِلَّهِ بِذَلِكَ، وَأَقَرُّوا بِهِ عَلَى أَنْفُسِهِمْ لِلَّهِ فَكَتَمُوا شَهَادَةَ اللَّهِ عِنْدَهُمْ مِنْ ذَلِكَ، فَذَلِكَ مَا كَتَمُوا مِنْ شَهَادَةِ اللَّهِ
“Syahadah (persaksian) Allah yang mereka sembunyikan adalah bahwasanya mereka dulu telah membaca dalam Kitab-kitab Allah yang datang (turun) kepada mereka, “Sesungguhnya agama (yang ada di sisi Allah) adalah Islam, dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah serta bahwasanya Nabi Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan asbath (anak keturunan Ya’qub) berlepas diri dari agama Yahudi dan Nashrani (Kristen)”. Mereka (Ahlul Kitab) pun mempersaksikan hal itu dan mengakui hal itu kepada Allah atas diri mereka. Tapi mereka menyembunyikan persaksian Allah tersebut atas hal tadi di sisi mereka!! Itulah yang mereka sembunyikan diantara persaksian Allah”. [Lihat Tafsir Ibnu Abi Hatim (1/367-Syamilah), Tafsir Ath-Thobariy (2134) dan Tafsir Ibnu Katsir (1/451)]
Para pemuka agama Kristen –seperti, Paulus– tahu bahwa Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Musa, Isa dan asbath (anak cucu Ya’qub) adalah manusia-manusia yang beragama Islam!!
Tapi kebencian terhadap agama Nabi Isa (yaitu, Islam), membuat Paulus beserta pengikutnya dan kerajaan Kostantinopel-Romawi berusaha keras untuk mengubur Islam!!
Pasalnya, Paulus itu beragama Yahudi yang jelas-jelas mengajak kepada kesyirikan (menduakan Allah). Apalagi kerajaan Kostantinopel waktu itu juga berlatar belakang agama penyembah berhala (paganis).
Walaupun keduanya sudah mengaku sebagai pengikut agama Nabi Isa –menurut mereka-, hanya saja kebiasaan syirik dan kafir pada diri Paulus dan Raja Kostantinopel belum bisa mereka tinggalkan. Akhirnya, mereka berdua membuat format agama baru yang mempertuhankan Nabi Isa!! Itulah agama Kristen sampai hari ini, tapi bukan agama Nabi Isa!!!
Padahal mereka tahu dengan jelas dan pasti bahwa Nabi Isa tak pernah mengangkat dirinya sebagai tuhan!!! Mereka telah memutarbalikkan fakta dan realita dengan silat lidah mereka yang lihai sampai banyak diantara manusia menjadi domba-domba yang disesatkan oleh Paulus dan para pengekornya.
Mereka inilah yang disinggung oleh Allah dalam firman-Nya,
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (78) مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (79) وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (80)
[آل عمران/78-80]
“Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kalian menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah”. Akan tetapi hendaknya (ia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani (sempurna ilmu dan taqwanya), karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?”. (QS. Ali Imraan : 78-80)