Keterangan Ilmiah tentang Masuknya Kedua Orang Tua Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- ke dalam Neraka

oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah hafizhahullah

Sebuah kenyataan yang sering luput dari wawasan kita bahwa kedua orang tua Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- ternyata meninggal dalam keadaan kafir dan kelak akan kekal di dalam neraka!! Sebuah realita yang mungkin terasa pahit dan sulit diterima oleh sebagian orang jahil tentang sunnah dan berita dari Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-. 

Adapun orang yang beriman kepada beliau, maka mereka membenarkan berita yang beliau sampaikan bahwa kedua orang tua beliau di neraka.

Tulisan ini kami angkat, karena pernah lewat di telinga kami bahwa sebagian orang tidak percaya jika kedua orang tua Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- akan dimasukkan ke dalam neraka. Pengingkaran mereka ini didasari oleh perasaan dan taklid buta.

Diantara mereka yang mengingkari keberadaan orang tua Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- di neraka, seorang Penulis dan Wartawan RepublikaNashih Nashrullah saat ia menulis sebuah tulisan aneh dengan judul “Apakah Kedua Orang Tua Rasulullah SAW akan Masuk Surga?”

Si Wartawan ini membawakan khilaf dalam perkara ini, lalu menguatkan salah satu dari keduanya bahwa kedua orang tua Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– akan masuk surga.

 

Semua penjelasan dan keterangannya tanpa didasari oleh hujjah yang dapat dipertanggungjawabkan. Tak satu dalil pun yang ia bawakan dapat menyokong dirinya. Ia hanya menukil beberapa nama dan ucapan ulama yang masih mungkin untuk diperdebatkan oleh setiap orang yang menanggapinya.

Nashih Nashrullah berusaha menguatkan pendapat itu dengan berbagai syubhat yang akan kami sanggah –insya Allah– di akhir tulisan ini, sehingga anda akan mengetahui kelemahan hujjahnya!!

Dalam tulisannya, ia hanya berpegang dengan ucapan sebagian ulama, tanpa berpegang dengan hujjah yang kuat dan gamblang!!!

Ulama dalam berijtihad, mungkin salah dan benar. Jika ia salah karena menyelisihi dalil, maka kita tinggalkan ucapannya. Jika ia benar karena mencocoki kebenaran, maka kita terima karena dalil kebenaran yang ia pegangi, bukan karena ia seorang ulama.

Inilah yang pernah dikatakan oleh Al-Imam Malik bin Anas, Imam Darul Hijrah dalam sebuah ucapannya yang patut diabadikan dengan tinta emas,

كُلُّ أَحَدٍ يُؤْخَذُ مِنْ قَوْلِهِ وَيُتْرَكُ إِلاَّ صَاحِبَ هَذَا الْقَبْرِ

“Setiap orang boleh diambil ucapan dan pendapatnya, dan juga boleh ditinggalkan, kecuali penghuni kubur ini”. Maksud beliau adalah Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wasallam-.

Para pembaca yang budiman, jika kita meneliti kitab-kitab hadits dan aqidah, maka pendapat yang benar dan dikuatkan oleh dalil adalah pendapat yang menyatakan bahwa kedua orang tua Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam– adalah kafir dan akan masuk neraka.

Sebagai beban ilmiah di pundak kami, kini kami akan turunkan sejumlah dalil yang mendasari pendapat yang kuat ini agar para pembaca tak lagi ragu tentang kebenarannya setelah datangnya dalil dan hujjah.

Dalil Pertama

Dari Sahabat Anas –radhiyallahu anhu– berkata, 

أَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِى؟ قَالَ: « فِى النَّارِ ». فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ: « إِنَّ أَبِى وَأَبَاكَ فِى النَّارِ ».

“Seorang lelaki pernah berkata, “Wahai Rasulullah, dimanakah bapakku?” Beliau menjawab, “Di neraka”. Tatkala orang itu berbalik pergi, maka beliau memanggilnya seraya bersabda, “Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di neraka”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (no. 203)]

Ini merupakan dalil shohih yang amat gamblang dalam menetapkan eksistensi (keberadaan) orang tua Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- ketika di akhirat nanti. Tentunya beliau menyatakan demikian, karena beliau mendapatkan wahyu dari Allah -Ta’ala-.

Seorang ulama Syafi’iyyah, Al-Imam An-Nawawiy –rahimahullah– berkata,

فيه أن من مات على الكفر فهو في النار ولا تنفعه قرابة المقربين وفيه أن من مات في الفترة على ما كانت عليه العرب من عبادة الأوثان فهو من أهل النار وليس هذا مؤاخذة قبل بلوغ الدعوة فان هؤلاء كانت قد بلغتهم دعوة ابراهيم وغيره من الأنبياء صلوات الله تعالى وسلامه عليهم وقوله صلى الله عليه و سلم أن أبي وأباك في النار هو من حسن العشرة للتسلية بالاشتراك في المصيبة

“Di dalam hadits ini (terdapat keterangan) bahwa barangsiapa yang mati di atas kekafiran, maka ia di neraka dan kekerabatan orang-orang dekat tak akan memberikannya manfaat. Di dalam hadits ini (terdapat keterangan) bahwa yang mati di masa “fatroh” (vakum) di atas sesuatu yang dipijaki oleh bangsa Arab berupa penyembahan berhala, maka ia termasuk penduduk neraka. Ini bukanlah hukuman sebelum sampainya dakwah. Karena, mereka itu sungguh telah dicapai dakwahnya Ibrahim dan selainnya dari kalangan para nabi –sholawatullahi ta’ala wa salamuhu alaihim-. Sabda beliau -Shallallahu alaihi wa sallam-, “Sesungguhnya bapakku dan bapakmu dalam neraka”, termasuk bentuk pergaulan yang baik demi menghibur karena adanya kesamaan (antara bapak beliau dan bapak orang itu) dalam sebuah musibah”. [Lihat Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim Ibnil Hajjaj (3/79)]

Disini kita mendapatkan sebuah faedah bahwa tidak semua ahlul fatroh (orang yang berada di masa vakum), mendapatkan udzur di sisi Allah –Azza wa Jalla-.

Jika suatu kaum, vakum dari seorang rasul, dalam artian bahwa tak ada diantara mereka seorang rasul hidup bersama dengan mereka, namun mereka masih mendapatkan syariat dan risalah mereka dari para pengikut mereka, maka dalam kondisi seperti ini ahlul fatroh tersebut tak memiliki udzur di sisi Allah –Azza wa Jalla-. Inilah kondisi kedua orang tua Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-.

Betul di zaman orang tua beliau, tak ada lagi rasul, tapi risalah dan syariat Ibrahim masih terwarisi dan dipertahankan oleh kaum hunafa’. Dengan ini, hujjah telah sampai kepada mereka.

Ahlul fatroh yang kedua, mereka yang betul-betul kosong dari rasul dan risalah mereka. Jadi, mereka tak pernah mendengar, melihat, dan hidup bersama dengan seorang rasul, sebagaimana halnya risalah dan syariat seorang rasul tak pernah sampai kepada mereka.

Mereka ini –menurut pendapat yang kuat- urusannya akan dikembalikan kepada Allah, sedang di akhirat kelak, mereka akan diuji dengan api. Jika mereka memasuki api yang Allah siapkan sebagai ujian bagi mereka, maka mereka akan masuk surga. Sebab itu adalah tanda bahwa andaikan sampai kepada mereka suatu agama, syariat dan kerasulan, maka pasti mereka akan menaati dan mengikutinya.

Sebaliknya jika mereka diperintahkan masuk ke dalam api tersebut, namun mereka enggan masuk, maka kelak mereka akan masuk neraka. Karena dengan ujian itu, tampaklah bahwa andai ada agama atau rasul yang datang kepada mereka, maka pasti mereka akan menolaknya.

Orang tua Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– bukanlah ahlul fatroh jenis kedua ini, bahkan ia tergolong dalam jenis pertama di atas!!

Jenis kedua inilah yang diisyaratkan oleh firman Allah -Ta’ala-,

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً  [الإسراء/15]

“Dan Kami tidak akan menyiksa sebelum kami mengutus seorang rasul”. (QS. Al-Israa’ : 15)

Para pembaca yang budiman, jawaban Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– kepada orang itu bahwa bapak beliau dan bapak orang itu sama-sama dalam neraka, juga telah diisyaratkan dalam hadits yang lain:

Jadi, kaum kafir yang meninggal di atas kekafiran dan kesyirikannya, maka ia akan disiksa dalam neraka, walaupun ia tergolong kaum yang vakum dari kenabian, sepanjang hujjah telah tegak diantara mereka!!

Al-Hafizh Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah –rahimahullah– berkata,

“Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwa barangsiapa yang mati musyrik, maka ia di neraka, walaupun ia mati sebelum diutusnya Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-. Karena, kaum musyrikin sungguh telah mengubah Al-Hanifiyyah (Islam), agama Ibrahim. Mereka menggantinya dengan kesyirikan dan melakukannya, sedang mereka tak ada hujjah yang mengiringinya dari Allah tentang hal itu.

Keburukan syirik dan ancaman atasnya dengan neraka, senantiasa diketahui dari agama para rasul seluruhnya dari orang yang paling diantara mereka sampai yang terakhir. Berita-berita hukuman Allah bagi pelakunya telah tersebar di antara umat-umat dari suatu generasi ke generasi lain. Allah memiliki hujjah yang dalam atas kaum musyrikin dalam setiap waktu”. [Lihat Zaadul Ma’ad (3/599)]

Dari penjelasan Ibnul Qoyyim, nyatalah bagi anda kebatilan sebagian orang yang menyangka bahwa ahlul fatroh yang vakum dari kenabian adalah kaum yang tak akan disiksa, walaupun masih ada ajaran para nabi!!

Kondisi Quraisy bukanlah seperti yang digambarkan oleh sebagian orang bahwa mereka betul-betul kosong dari hujjah dan risalah Islam yang pernah diajarkan oleh nabi sebelumnya.

Andaikan tak ada hujjah yang tersisa, maka manusia tak akan mengenal “Kaum Hanifiyyah” atau “Hunafa'” yang masih mempertahankan ajaran Islam dari nabi mereka!!!

Syaikh Al-Albaniy rahimahullah– berkata,

“Sesungguhnya orang-orang jahiliah yang mati sebelum diutusnya beliau –alaihish sholatu was salam- akan disiksa dengan sebab kesyirikan dan kekafiran mereka. Hal itu menunjukkan bahwa mereka bukanlah termasuk ahlul fatroh yang belum pernah dicapai oleh dakwah seorang nabi, berbeda dengan sesuatu yang disangka oleh sebagian orang belakangan”. [Lihat As-Silsilah Ash-Shohihah (1/297)]

Dalil Kedua

Para pembaca yang budiman, dalil yang menunjukkan bahwa kedua orang tua Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– akan masuk neraka, sebuah hadits dari Abu Hurairah -radhiyallahu anhu-, ia berkata,

أَتَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى تَعَالَى عَلَى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى فَاسْتَأْذَنْتُ أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِى فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ بِالْمَوْتِ ».

“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah mendatangi kubur ibunya. Beliau pun menangis dan membuat orang-orang yang ada di sekitarnya juga menangis. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Aku telah meminta izin kepada Tuhan-ku -Ta’ala- agar aku memohonkan ampunan baginya. Namun aku tak diizinkan. Kemudian aku meminta izin agar aku dapat menziarahi kuburnya, lalu Allah izinkan bagiku. Jadi, ziarahilah kuburan, karena ia akan mengingatkan tentang kematian”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (no. 976), Abu Dawud dalam Sunan-nya (3234), An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (2034), Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1572) dan lainnya]

Dari Buraidah -radhiyallahu anhu-, ia berkata,

(كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم [ في سفر، وفي رواية: في غزوة الفتح ].فنزل بنا ونحن معه قريب من ألف راكب، فصلى ركعتين، ثم أقبل علينا بوجهه وعيناه تذرفان، فقام إليه عمر بن الخطاب، ففداه بالاب والام، يقول: يا رسول لله مالك؟ قال: إني سألت ربي عز وجل في الاستغفار لامي، فلم يأذن لي، فدمعت عيناي رحمة لها من النار، [ واستأذنت ربي في زيارتها فأذن لي ]، وإني كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها، ولتزدكم زيارتها خيرا).

“Dahulu kami bersama Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- (dalam suatu safar. Dalam riwayat lain, pada Perang Penaklukan Kota Makkah). Kemudian beliau pun singgah bersama kami. Sedang kami bersama beliau hampir seribu pengendara. Kemudian beliau sholat dua rakaat, lalu menghadapkan wajahnya kepada kami, sedang kedua matanya bercucuran. Lalu berdirilah Umar bin Al-Khoththob kepada beliau, seraya menebus beliau dengan ayah dan ibunya. Umar berkata, “Wahai Rasulullah, kenapakah anda?” Beliau bersabda, “Aku memohon kepada Tuhan-ku -Azza wa Jalla- untuk memohonkan ampunan bagi ibuku. Namun Dia tak mengizinkan aku. Karenanya, kedua mataku bercucuran, karena kasihan kepadanya terhadap neraka; dan aku meminta izin kepada Tuhan-ku untuk menziarahinya. Lalu Dia mengizinkan aku. Sesungguhnya dahulu melarang kalian dari ziarah kubur. Ziarahilah (sekarang) kuburan. Sungguh ziarah kubur akan memberikan tambahan kebaikan kepada kalian”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (5/355, 357 dan 359), Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (4/139), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok  (1/376), Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (791) dan lainnya. Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ahkam Al-Jana’iz (hal. 188)]

Kematian orang tua Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– di atas kekafiran menyebabkan ayah dan ibu beliau masuk ke neraka. Mereka telah mati di atas kemusyrikan dan tidak mengikuti agama Islam yang dibawa oleh para nabi dan rasul. Karena itu, beliau dilarang mendoakan ampunan bagi keduanya!

Seorang ulama Syafi’iyyah yang masyhur, Al-Imam Abu Bakr Al-Baihaqiy –rahimahullah– berkata dalam menjelaskan sebab keduanya masuk neraka, usai membawakan beberapa hadits di atas,

“Bagaimana tidak kedua orang tua beliau dalam gambaran seperti ini di akhirat. Dahulu mereka (kaum Quraisy) menyembah berhala dan tidak mengikuti agama Isa bin Maryam –alaihis salam-. Urusan mereka (demikian halnya) tidaklah menodai nasab Rasulullah. Karena, pernikahan orang kafir adalah sah. Tidakkah kalian melihat mereka masuk Islam bersama istri-istri mereka. Mereka tidaklah diharuskan memperbaharui akad nikah dan tidak pula menceraikan mereka, jika semisalnya boleh dalam Islam. Wa billahit tawfiq”. [Lihat Dala’il An-Nubuwwah (1/192-193)]

Para pembaca yang budiman, terlarangnya beliau mendoakan ampunan bagi ibunya, disebabkan ibu beliau kafir!! Andaikan tak kafir, maka tak mungkin beliau akan dilarang memohonkan ampunan bagi sang ibu yang telah melahirkannya.

Al-Imam Ahmad bin Abdil Halim Al-Harroniy Ad-Dimasyqiy –rahimahullah– berkata tentang tata cara ziarah kubur, sebelum membawakan hadits di atas,

“Hanyalah mereka (para salaf) dahulu menziarahi kubur –jika si mayit mukmin-, maka untuk mendoakan kebaikan dan ampunan baginya, sebagaimana halnya mereka menyolati jenazahnya. Jika ia bukan muslim, maka mereka (para salaf) menziarahinya, karena kasihan kepadanya, sebagaimana halnya Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- menziarahi kubur ibunya. Akhirnya, beliau menangis dan membuat orang-orang yang ada di sekitarnya jadi menangis”. [Lihat Ar-Rodd ala Al-Akhna’iy (hal. 179), cet. Al-Mathba’ah As-Salafiyyah, dengan tahqiq Al-Mu’allimiy]

Dengan beberapa dalil ini, jelaslah bagi anda bahwa memang betul kedua orang tua Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- akan masuk neraka dalam keadaan kekal di dalamnya, karena keduanya mati di atas kesyirikan dan kekafirannya.

Adapun pernyataan Wartawan RepublikaNashih Nashrullah bahwa orang tua Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– tidak masuk neraka, maka ini adalah pernyataan batil yang menyelisihi dalil-dalil kebenaran, sebagaimana yang telah kami paparkan. Wabillahit taufiq, wa shollallahu ala nabiyyina wa ashhabihi ajma’in.

Sumber: https://abufaizah75.blogspot.com/

jannatul-firdaus.net @2021

Kebijakan

Kontak

Maps