Keajaiban-keajaiban di Akhir Zaman sebagai Tanda Semakin Dekatnya Kiamat Tiba.

oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah hafizhahullah

Akhir zaman adalah waktu yang akan banyak kita jumpai padanya segala macam keanehan dan keajaiban yang amat mencengangkan, sebagai isyarat bahwa disana akan datang berikutnya hari yang lebih mencengangkan.

Perubahan drastis akan terjadi pada kehidupan manusia. Alam semesta akan mengalami pergeseran sistem dan tatanan yang luar biasa hebatnya.

Sebelum datangnya Imam Mahdi yang bernama Muhammad bin Abdillah, yang sama persis dengan nama Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wa sallam-, maka akan terjadi hal-hal menyedihkan dan menyusahkan bagi kaum beriman seiring minimnya semangat manusia untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan sunnah sesuai bimbingan para salaf.

Hari-hari sebelum datang dan lahirnya Imam Mahdi selaku “Pembaharu Sunnah”, dimana sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- telah pudar di telan zaman, manusia diliputi dengan kegelapan maksiat, bid’ah dan kekafiran!!

Hari demi hari sebelum lahirnya Imam Mahdi, manusia semakin terpuruk dalam klimaks keburukan yang amat parah sampai sekelompok diantara umat ini akan menghidupkan budaya kesyirikan dan jahiliah buta.

Inilah yang diisyaratkan oleh Sahabat yang mulia, Anas bin Malik Al-Anshoriy –radhiyallahu anhu-, saat beliau menjumpai Gubernur zholim, Hajjaj bin Yusuf.

Beliau menasihatkan bahwa apa yang dijumpai di zaman itu berupa kezholiman dan keburukan penguasa, maka masa-masa setelahnya akan muncul penguasa-penguasa yang lebih zholim.

Demikianlah akan terus bermunculan manusia-manusia zholim yang lebih zholim daripada manusia sebelumnya.

Az-Zubair bin Adi Al-Hamdaniy rahimahullah– berkata,

أَتَيْنَا أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ فَشَكَوْنَا إِلَيْهِ مَا نَلْقَى مِنَ الْحَجَّاجِ فَقَالَ اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Kami pernah mendatangi Anas bin Malik seraya mengadukan kepada beliau sesuatu yang kami jumpai dari Al-Hajjaj (berupa kezholiman). Beliau berkata, “Bersabarlah kalian, karena tak akan datang kepada kalian suatu zaman, kecuali (zaman) yang setelahnya lebih buruk dibandingkan zaman itu, sampai kalian menjumpai Pencipta kalian. Aku telah mendengarkan hal ini dari Nabi kalian -Shallallahu alaihi wa sallam-“. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya : Kitabul Fitan (no. 7068)]

Al-Imam Abul Hasan Ibnu Baththol Al-Bakriy –rahimahullah– berkata,

حديث أنس من علامات النبوة لإخبار النبى ( صلى الله عليه وسلم ) بتغير الزمان وفساد الأحوال ، وذلك غيب لا يعلم بالرأى ، وإنما يعلم بالوحى

“Hadits Anas termasuk tanda-tanda kenabian, karena Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- memberitakan perubahan zaman dan rusaknya keadaan (yakni, pada masa depan). Demikian itu adalah perkara gaib yang tidak dapat diketahui (dijangkau) dengan pikiran. Itu hanyalah diketahui melalui wahyu.” [Lihat Syarh Shohih Al-Bukhoriy (10/14)]

Hadits ini menunjukkan bahwa di akhir zaman, masih ada kebaikan, walaupun terkadang keburukan lebih banyak dan berkuasa dibandingkan kebaikan atau terkadang juga sebaliknya, yakni kebaikan saat itu lebih dominan dibandingkan keburukannya. Jadi, tak ada hujjah dalam hal ini dan sejenisnya bagi orang yang berpangku tangan dan lemah jiwa, sampai akhirnya ia pun meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar serta menyerah di depan keburukan dan kerusakan zaman. [Lihat Al-Jami’ Ash-Shohih Al-Mukhtashor (6/2591), dengan tahqiq dan ta’liq Dr. Mushthofa Dib Al-Bugho, cet. Dar Ibni Katsir, 1407 H]

Namun setelah keburukan itu akan datang zaman keemasan bagi kaum muslimin. Kaum muslimin akan jaya setelah mereka terpuruk dalam kehinaan, akibat dosa mereka meninggalkan bimbingan Allah (Al-Kitab) dan Nabi-Nya (As-Sunnah).

Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ وَإِنَّ رَبِّي قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ أَنْ لَا أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لَا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ وَلَوْ اجْتَمَعَ عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا أَوْ قَالَ مَنْ بَيْنَ أَقْطَارِهَا حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا

“Sesungguhnya Allah mengumpulkan bumi untukku sehingga aku bisa melihat timur dan baratnya. Dan sesungguhnya kekuasaan ummatku akan mencapai apa yang telah ditampakkan untukku. Aku diberi dua harta simpanan: Merah (emas) dan putih (perak). Dan sesungguhnya aku meminta Rabbku untuk ummatku agar Dia tidak membinasakan mereka dengan kekeringan menyeluruh, agar Dia tidak memberi kuasa musuh untuk menguasai mereka selain diri mereka sendiri sehingga menyerang wilayah mereka. Dan sesungguhnya Rabbku berfirman, “Hai Muhammad, sesungguhnya Aku bila menentukan takdir tidak bisa ditolak (diubah). Sesungguhnya Aku memberikan untuk umatmu agar mereka tidak dibinasakan oleh kekeringan menyeluruh dan Aku tidak akan memberi kuasa musuh untuk menyerang mereka selain diri mereka sendiri lalu mereka menguasai wilayah mereka, walaupun musuh mengepung mereka dari segala penjurunya, hingga akhirnya sebagian dari mereka (umatmu) membinasakan sebagaian lainnya dan saling menawan satu sama lain.” [HR. Muslim dalam Shohih-nya (no. 2889)]

Apa yang dijanjikan di dalam hadits ini, belumlah terealisasi. Kita akan menunggu kejayaan ini yang akan menjadi sebuah keajaiban dunia.

Kekuasaan Islam akan meluas dari penghujung barat sampai timur dari belahan bumi ini. Namun tentunya semua itu tak akan terealisasi tanpa usaha dari kaum muslimin untuk kembali kepada tuntunan Islam yang tertuang di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah.

Nah, salah satu bentuk tuntunan dari keduanya, kaum muslimin diwajibkan untuk mempersiapkan bekal iman yang kokoh dan bekal materiil yang mapan.

Dua bekal ini harus kokoh dan terjamin agar kejayaan kembali ke tangan kaum muslimin. Semua itu akan tercapai jika kaum muslimin mengerahkan kesungguhannya dalam mewujudkan dua bekal itu. Tapi itu akan terwujud jika usaha itu dibarengi ilmu syar’iy yang bermanfaat dan melahirkan iman dan amal sholih.

Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكْثُرَ الْمَالُ وَيَفِيضَ حَتَّى يَخْرُجَ الرَّجُلُ بِزَكَاةِ مَالِهِ فَلاَ يَجِدُ أَحَدًا يَقْبَلُهَا مِنْهُ وَحَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا

“Tak akan tegak (terjadi) hari kiamat sampai harta menjadi banyak dan melimpah, sampai ada seorang yang keluar membawa zakat hartanya, namun ia tak menemukan seseorang yang mau menerima zakat itu darinya dan sampai tanah Arab berubah menjadi tanah subur dan sungai-sungai”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (no. 157)]

Ulama Negeri Syam, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy -rahimahullah- berkata,

“Sesungguhnya diantara berita gembira dengan kembalinya kekuatan kepada kaum muslimin, mereboisasi tanah dengan reboisasi yang akan membantu mereka dalam merealisasikan cita-cita mereka dan mengabarkan bahwa mereka memiliki masa depan yang gemilang sampaipun dalam urusan ekonomi dan pertanian”. [Lihat Ash-Shohihah (1/36), cet. Maktabah Al-Ma’arif]

Negeri Arab atau Jazirah (Semenanjung) Arab yang kita saksikan sekarang ini masih kering kerontang, suatu hari nanti akan menjadi tanah subur yang akan dialiri oleh sungai-sungai yang akan menjadikan tanah-tanah di Negeri Arab akan menjadi lahan subur dan produktif. Ini adalah lambang dan simbol kesuksesan yang akan menyongsong lahirnya kekuatan dan kejayaan umat Islam. Perlu kami jelaskan pula bahwa markas kejayaan di akhir zaman akan berpusat di Timur Tengah sebagai basis pertahanan terakhir bagi kaum muslimin sebelum tegaknya kiamat yang akan meluluhlantahkan dunia yang hina ini.

Ini merupakan keajaiban yang Allah tampakkan di muka bumi di saat kaum muslimin menegakkan kembali ajaran agama Islam secara murni dan kaaffah (sempurna), tanpa ada penyelewengan dan kekurangan.

Tak ada kewibawaan bagi kita, kecuali dengan rujuk (kembali) kepada agama Allah -Azza wa Jalla-. Tak ada musibah yang turun, kecuali karena dosa. Sementara musibah itu tak akan hilang, kecuali dengan tobat.

Jika kita meninggalkan agama dan itu adalah kezholiman, maka tobatnya kita adalah rujuk (kembali) kepada tuntunan agama.

Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– bersabda,

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

“Jika kalian berjual beli dengan cara inah (riba), memegang ekor-ekor sapi, ridho dengan bercocok tanam, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan atas kalian suatu kehinaan yang tidak akan dicabut (dihilangkan) oleh Allah sampai kalian kembali kepada agama kalian”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 3642). Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 11)]

Sumber: https://abufaizah75.blogspot.com/

jannatul-firdaus.net @2021

Kebijakan

Kontak

Maps