Bagikan...

Cara Para Sahabat Meluruskan dan Merapatkan Shaff sebelum Sholat

  • Oleh: Ust. Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc. hafizhahullah
  • [Pembina Ponpes Al-Ihsan Gowa]

Dimana-mana anda akan menemukan shaff kaum muslimin yang tidak karuan saat mereka berdiri melaksanakan sholat jama’ah di masjid-masjid.

Mayoritas diantara mereka berdiri seadanya di belakang imam, tanpa memperhatikan tata cara merapatkan shaff yang benar menurut sunnah Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam-.

Belum lagi imam itu sendiri cuek dan tidak memperhatikan perkara meluruskan dan merapatkan shaff ini, entah karena ia tidak mengerti caranya, atau mengerti, tapi mereka malas mengingatkan dan mengajari jamaah cara meluruskan shaff dalam sholat.

Seringkali kita melihat orang-orang dewasa dengan anak kecil keliru dalam berbaris dan bershaff dalam sholat. Padahal cara meluruskan shaff dalam sholat amat gampang; dan insya Allah akan kami paparkan melalui praktik para dan penjelasan para sahabat –radhiyallahu anhum

Para pembaca yang budiman, meluruskan dan merapatkan shaff adalah perkara yang amat diperhatikan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, bahkan beliau perintahkan hal itu, dan beliau tidak ingin memulai sholatnya, sebelum shaff jamaah benar-benar telah lurus dan rapat.

Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– bersabda,

أَقِيمُوا الصُّفُوفَ فَإِنِّي أَرَاكُمْ خَلْفَ ظَهْرِي

“Luruskanlah shaff-shaff (barisan). Karena, sesungguhnya aku melihat kalian di balik punggungku”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (718) dan Muslim dalam Shohih-nya (434)]


Meluruskan shaff tak akan sempurna, kecuali jika setiap jama’ah merapatkan shaff sampai tak ada celah antara seseorang dengan saudaranya yang ada di sampingnya.

Anas -radhiyallahu anhu- berkata,

“Sholat telah diiqomati, lalu Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– pun menghadapkan wajahnya kepada kami seraya bersabda,

أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ وَتَرَاصُّوا فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي

Luruskanlah shaff-shaff kalian dan saling merapatlah. Karena, sesungguhnya aku melihat kalian di balik punggungku”.[HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (719) dan An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (no. 814 & 845)]

Sebagian orang tidak mengerti tentang tata cara merapatkan shaff (barisan) dalam sholat.

Nah, kali ini sahabat An-Nu’man bin Basyir –radhiyallahu anhu– akan menggambarkan kepada anda cara merapatkan dan meluruskan shaff yang benar.

An-Nu’man bin Basyir –radhiyallahu anhu– berkata

أَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى النَّاسِ بِوَجْهِهِ فَقَالَ « أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ ». ثَلاَثًا، «وَاللَّهِ لَتُقِيمُنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ ».

قَالَ فَرَأَيْتُ الرَّجُلَ يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَرُكْبَتَهُ بِرُكْبَةِ صَاحِبِهِ وَكَعْبَهُ بِكَعْبِهِ»

“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah menghadapkan wajahnya kepada manusia seraya bersabda, “Tegakkanlah shaff-shaff kalian (sebanyak tiga kali). Demi Allah, kalian sungguh akan meluruskan shaff ataukah benar-benar Allah akan mempertentangkan di antara hati kalian”.

Dia (An-Nu’man) berkata, “Lalu aku pun melihat seseorang menempelkan bahunya dengan bahu temannya, lututnya dengan lutut temannya dan mata kakinya dengan mata kaki temannya”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya secara mu’allaq dan Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 662)]

Perhatikanlah metode merapatkan shaff ini. Itulah yang benar dan ikutilah dengan cara menempelkan bahu dengan bahu dan mata kaki dengan mata kaki saat berdiri, ataukah menempelkan lutut dengan lutut saat duduk dalam sholat.

Jika metode ini, kita tidak terapkan dalam merapatkan shaff, maka setan akan mengganggu sholat kita sehingga kita pun tidak khusyuk dalam sholat. Bahkan mendapatkan ancaman dari Allah -Azza wa Jalla-.

Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

أَقِيمُوا الصُّفُوفَ وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ وَسُدُّوا الْخَلَلَ وَلِينُوا بِأَيْدِي إِخْوَانِكُمْ لَمْ يَقُلْ عِيسَى بِأَيْدِي إِخْوَانِكُمْ وَلَا تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ

“Luruskanlah shaff, sejajarkanlah bahu-bahu, tutuplah celah-celah, lembutilah tangan saudara-saudaramu, dan jangan membiarkan celah-celah bagi setan. Barangsiapa yang menyambung shaff, maka Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya, -pen.) dan barangsiapa yang memutuskan shaff, maka Allah akan memutuskannya (dari rahmat-Nya, -pen.)”. [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (no. 666) dan Al-Baihaqiy dalam As-Sunan Al-Kubro (3/101/no. 5391). Hadits ini dinilai shohih oleh Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 5724)]

Jadi, merapatkan shaff dalam sholat bukanlah perkara remeh. Sebab, ia merupakan penutup bagi kekurangan yang terjadi dalam sholat kita.

Orang yang tidak meluruskan dan merapatkan shaffnya diancam akan diputuskan dari rahmat Allah.

Tentunya ancaman seperti ini tak akan muncul, kecuali karena memutuskan shaff adalah dosa dan maksiat.

Lantaran itu, berhati-hatilah jangan sampai anda bermaksiat dalam sholat dengan sebab memutuskan shaff (barisan) dalam sholat!!!

Ibrah dan Renungan

Di dalam hadits-hadits ini terdapat beberapa faedah yang bisa kita petik sehingga menjadi ibrah (pelajaran) dan bahan renungan bagi kita semua. Diantara faedah-faedah itu :

  1. Wajibnya menegakkan, meluruskan dan saling merapatkan shaff dalam sholat. Karena, adanya perintah dalam hadits-hadits itu untuk hal tersebut. Sementara itu, hukum asal perintah adalah memberikan faedah hukum wajib hal itu.
  1. Meluruskan shaff adalah dengan cara menempelkan bahu dengan bahu, dan pinggir telapak kaki dengan pinggir telapak orang lain. Sebab, inilah yang dilakukan oleh para sahabat -radhiyallahu anhu- ketika mereka diperintahkan meluruskan shaff dan merapatkannya.

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy –rahimahullah– berkata, “Pernyataan An-Nu’man ini memberikan faedah bahwa perbuatan tersebut terjadi di zaman Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-. Dengan ini, sempurnalah berhujjah dengan hadits itu dalam menjelaskan maksud dari menegakkan shaff dan meluruskannya”. [Lihat Fath Al-Bari Syarh Shohih Al-Bukhoriy (2/211)]

  1. Di dalam hadits pertama terdapat mukjizat yang terang bagi Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, yaitu beliau bisa melihat orang yang ada di belakangnya. Namun seyogianya di ketahui bahwa penglihatan seperti itu khusus hanya dalam kondisi beliau sholat. Sebab, tak ada di dalam sunnah (hadits) bahwa beliau juga mampu melihat seperti itu di luar sholat. Wallahu A’lam.
  1. Di dalam hadits-hadits di atas terdapat dalil yang gamblang tentang suatu perkara yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Walapun hal itu menjadi perkara yang dikenal dalam ilmu psikologi, yaitu bahwa rusaknya lahiriah memberikan pengaruh bagi rusaknya batin atau sebaliknya.
  1. Langsungnya imam ber-takbiratul ihram ketika tukang adzan selesai iqomat merupakan bid’ah!! Sebab hal itu menyelisihi sunnah yang shohihah sebagaimana yang ditunjukkan oleh –hadits-hadits di atas, utamanya hadits pertama!!!

Karena hadits-hadits itu memberikan faedah bahwa bagi imam ada sebuah kewajiban usai iqomat, kewajiban yang harus ia laksanakan, yaitu memerintahkan manusia (jama’ah) untuk meluruskan shaff (barisan) dengan mengingatkan mereka tentang hal itu. Sebab ia akan ditanyai tentang jama’ahnya nanti pada hari kiamat. [Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah (1/1/72-74) oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy, cet. Maktabah Al-Ma’arif]

  1. Di dalam hadits ini terdapat keterangan kuatnya semangat para sahabat Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– dalam mengamalkan sunnah dan berpegang teguh dengannya.

Tidak heran bila Allah memuji mereka di dalam Al-Qur’an atas iman dan amal sholih yang mereka lakukan.

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ  [التوبة : 100]

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS. At-Taubah : 100)

Keutamaan ini tentunya tidaklah mereka raih, kecuali karena iman dan amal sholih mereka yang dibangun di atas ilmu!!

Inilah beberapa faedah yang penting kita petik. Semoga faedah-faedah ini dapat kita amalkan dan bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita.