بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبيه الصادق الأمين, نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد:
Salah satu hal yang sangat dianjurkan bagi orang yang ingin berpuasa adalah makan sahur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً.
Artinya:
“Makan sahurlah kalian karena pada makan sahur itu ada keberkahan.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dan Muslim).
Makna Sahur
Sahur dari kata سَحَرَ jamaknya adalah أَسْحَار yaitu:
قُبَيْلَ الصُّبْحِ.
“Beberapa saat sebelum subuh.” (Al-Qamuus al-Muhiith, hal. 430).
Makna Berkah
Berkah secara bahasa adalah:
النَّماءُ والزِّيَادةُ، والسَّعادَةُ.
“Berkembang, tambahan dan kebahagiaan.” (al-Qaamuus al-Muhiith, hal. 946).
Syeikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin rahimahullah menyebutkan bahwa:
البركةُ كثرة الخيْرِ ودوامه.
“Berkah adalah banyaknya kebaikan dan langgengnya kebaikan tersebut.” (Shifatus Shalaah, hal. 142).
Hukum Sahur
Hukum asal makan sahur adalah wajib karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkannya. Namun, hukum wajib ini berubah menjadi sunnah berdasarkan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang melakukan puasa wishal. Oleh karena itu, Ibnul Mundzir menukil kesepakatan ulama bahwa makan sahur hukumnya sunnah dan tidak ada dosa bagi orang yang meninggalkannya.
Keutamaan Makan Sahur
Sudah menjadi kaidah bahwa pembuat syariat (Allah Subhanahu Wata’ala) tidaklah memerintahkan sesuatu kecuali mengandung kebaikan yang murni atau kebaikannya lebih besar, termasuk pula dalam msalah makan sahur yang merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Di antara keberkahan makan sahur adalah:
Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bariy Juz IV, hal. 200, menyebutkan beberapa keberkahan makan sahur, di antaranya:
1). Menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa.
2). Megikuti sunnah.
3). Menyelisihi Ahlul Kitab.
4). Menguatkan seseorang untuk beribadah.
5). Menambah semangat.
6). Mencegah akhlak yang buruk akibat lapar.
7). Merupakan sebab seseorang dapat bersedekah.
8). Merupakan sebab sehingga seseorang dapat berdzikir.
9). Merupakan sebab sehingga seseorang dapat berdoa di waktu mustajabah.
10). Seseorang bisa berniat bagi yang luput berniat sebelum tidur.
*Lihat juga Syarah Shahih Muslim, Juz VII, hal. 145
Awal dan Akhir Waktu Sahur
Terkait dengan awal waktu sahur, para ulama berbeda pendapat:
Pertama: Waktunya mulai dari seperenam akhir malam. Ini merupakan pendapat Hanfiyah, sebagian dari Syafi’iyah, dan yang nampak dari ucapan Imam Ahmad. Mereka berdalil dengan hadits Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu:
تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّی اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَی الصَّلَاةِ. قَالَ أَنَسٌ: قُلْتُ لِزَيْدٍ: كَمْ كَانَ بَينَ الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ؟ قَالَ: قَدْرُ خَمْسِيْنَ آيَةً.
Artinya:
“Kami sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau bangkit untuk shalat. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Aku bertanya kepada Zaid, ‘Berapa jarak antara adzan dengan sahur?’ Beliau berkata: ‘Kira-kira membaca limapuluh ayat.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhariy dan Muslim).
Kedua: Sahur dimulai dari pertengahan malam. Ini merupakan pendapat Malikiyah, dan sebagian dari kalangan Syafi’iyah. Mereka berdalil bahwa waktu adzan Fajar (adzan pertama) mulai dari tengah malam. Demikian juga sahur.
Pendapt yang kuat: adalah pendapat yang pertama. (Miskul Khitaam, Juz II, hal. 428-429).
Adapun batasan akhir makan sahur ada ketika terbit fajar shadiq yaitu fajar yang menandakan masuknya waktu shalat subuh. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu Wata’ala:
…وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّی يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ…
Artinya:
“Makan dan minumlah hingga jelas bagi kalian (perbedaan) antara benang putih dengan benang hitam, yaitu fajar…” (Surah al-Baqarah, ayat 187).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ بِلَالًا يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ، فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّی يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ.
Artinya:
“Sesungguhnya Bilal adzan di malam hari, maka makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummi Maktum adzan.” (Diriwayatkan al-Bukhariy dan Muslim).
Makanan Yang Utama Saat Sahur
Makanan yang paling utama untuk dikonsumsi saat sahur adalah kurma. Hal ini sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
نِعْمَ سَحُوْرِ الْمُؤْمِنِ التَّمْرُ.
Artinya:
“Sebaik-baik sahur seorang mukmin adalah kurma.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud).
Namun, apabila tidak ada kurma maka boleh mengkomsumsi makanan lain yang mudah bagi seseorang. Bahkan walaupun hanya sekedar minum air, maka hal tersebut sudah dianggap sahur. Sebagaimana dalam hadits Abudullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تَسَحَّرُوا وَلَوْ بِجُرْعَةٍ مِنْ مَاءٍ.
Artinya:
“Sahurlah kalian walaupun hanya dengan seteguk air.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban).
Kadar Seseorang Dianggap Sahur
Apabila seseorang sudah mengkomsumsi makanan walaupun hanya sedikit, bahkan seseorang hanya sekedar minum air maka dia sudah dianggap sahur. Dan dia sudah mendapatkan keberkahan sahur. Ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan sebelumnya.
Jarak antara sahur dan shalat Subuh
Jarak antara makan sahur dengan waktu shalat subuh sangatlah dekat, hal ini sebagaimana hadits Anas bin Malik dar Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata:
تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّی اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَی الصَّلَاةِ. قَالَ أَنَسٌ: قُلْتُ لِزَيْدٍ: كَمْ كَانَ بَينَ الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ؟ قَالَ: قَدْرُ خَمْسِيْنَ آيَةً.
Artinya:
“Kami sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau bangkit untuk shalat. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Aku bertanya kepada Zaid, ‘Berapa jarak antara adzan dengan sahur?’ Beliau berkata: ‘Kira-kira membaca limapuluh ayat.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhariy dan Muslim).
Makna “kadar limapuluh ayat” yaitu ayat yang pertengahan tidak panjang tidak pendek, tidak cepat dan tidak lambat (cara membacanya). (Ibnu Hajar, Fathul Baariy, Juz IV, hal. 197).
Anjuran Untuk Sahur Bersama
Dari hadits Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu di atas dapat dipahami bahawa dianjurakan untuk sahur bersama. Minimalnya sahur bersama dengan keluarga, dan tentunya hal ini sangat besar manfaatnya.
Hukum Puasa Orang yang Tidak Makan Sahur
Apabila seseorang sudah berniat di malam hari, kemudian dia tidak makan sahur maka puasanya tetap sah. Karena makan sahur bukanlah syarat puasa. Namun sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa sahur hanyalah sunnah yang dianjurkan. Ini difatwakan oleh Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah. (Lihat al-Fatawa, hal. 414).
Kesalahan-Kesalahan Seputar Sahur
Guru kami, al-Ustadz Dzulqarnin hafizhahullah dalam bukunya “Panduan Puasa Ramadhan di Bawah Naungan al-Qur’an dan as-Sunnah” menyebutkan beberapa kesalahan dalam pelaksanaan puasa Ramadhan. Di antara hal yang disebutkan adalah:
1. Mempercepat makan sahur.
2. Menjadikan tanda imsak sebagai batasan waktu sahur.
3. Melafazkan niat puasa saat makan sahur. (Silahkan baca selengkapnya dalam buku tersebut).
Dan termasuk juga kesalahan seputar sahur adalah adanya sebagian orang yang makan di awal malam atau dini hari, kemudian hal tersebut dianggap sebagai makan sahur, tentunya hal tersebut bertentangan dengan makna sahur baik secara bahasa maupun perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Apabila Terdengar Adzan Sementara Ada Makanan dan Minuman Di Tangan
Dalam sebuah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا سَمِعَ أَحَدُكُمُ النِّدَاءَ وَالْإِنَاءُ عَلَی يَدِهِ، فَلَا يَضَعْهُ حَتَّی يَقْضِيَ حَاجَتَهُ.
Artinya:
“Apabila salah seorang di antara kalian mendengarkan adzan sementara bejana ada di tangannya, maka janganlah dia letakkan hingga dia menunaikan hajatnya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad).
Namun, hadits di atas ada kelemahan sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Ibnu Abi Hatim dalam al-Ilal.
Andaikata hadits di atas shahih maka maknanya tidak bisa dipahami sebagaimana zhahirnya tetapi harus dipahami seperti yang dikatakan oleh Imam al-Baihaqiy di dalam Sunan al-Kubra bahwa yang diinginkan dari hadits di atas adalah seseorang boleh minum apabila diketahui bahwa muadzin mengumandangkan adzan sebelum terbitnya fajar subuh yaitu sebelum waktu sahur berakhir demikianlah menurut kebanyakan para ulama wallahu a’lam. (Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi hafizhahullah, Panduan Puasa Ramadhan di Bawah Naungan al-Qur’an dan as-Sunnah, hal. 45. Lihat juga Miskul Kitaam, Juz II, hal. 433).
Orang yang Makan Setelah Terbit Fajar
Apabila seorang makan dan minum setelah terbitnya fajar shadiq maka puasanya tidak sah dan wajib baginya qadha. Hal ini pernah ditanyakan kepada Syeikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah. (Lihat al-Fatawa, hal. 415).
Apabila Terbit Fajar Masih Meragukan
Apabila seorang ragu tentang terbitnya fajar shadiq, maka boleh baginya makan dan minum hingga dia benar-benar yakin tentang terbitnya fajar. Ini merupakan pendapat jumhur Ulama.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam al-Majmu’ berkata: “Orang yang ragu akan terbitnya fajar boleh baginya makan dan minum serta hubungan suami isteri menurut kesepakatan. Dan tidak ada qadha baginya apabila dia ragu.”
Menyetel Alarm
Boleh menyetel alarm untuk membangunkan bagun sahur. Dari Zaid bin Khalid radhiyallahu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تَسُبُّوا الدِّيْكَ، فَإِنَّهُ يُوقِذُ لِلصَّلَاةِ.
Artinya:
“Jangan kalian mencela ayam jantan, karena dia membangunkan untuk shalat.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud).
Hadits ini merupakan dalil bahwa selayaknya seseorang untuk mengambil apa yang bisa membangunkan untuk shalat, seperti jam beker (alarm)… (Syeikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin rahimahullah, Syarah Riyaadush Shalihiin, Juz IV, 300).
Apabila dibolehkan untuk menggunakan alat pengingat (semacam alarm) untuk membangunkan shalat pada waktunya, maka demikian juga dibolehkan untuk menggunakan hal tersebut untuk mengingatkan waktu sahur sehingga seseorang tidak luput dari sunnah yang mulia yaitu makan sahur.
Catatan: Hendaknya tidak menggunakan bunyi alarm yang diharamkan, seperti musik, lonceng dan yang semisalnya.
Wallahu a’lam.
Demikianlah apa yang dapat kami sebutkan tentang masalah hukum-hukum seputar makan sahur. Semoga kita semua dapat mendapatkan keberkahan yang besar ini. Dan semoga kita termasuk dalam orang-orang yang ikhlas dalam berucap dan beramal.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم إلى يوم الدين. والحمد لله رب العالمين.
Gowa: Jumat, 15 Sya’ban 1443H / 18 Maret 2022M.