Nasib Kafir yang Enggan Masuk Islam

oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah hafizhahullah

Di sebuah akun facebook, ada seorang amat bangga dengan kekafirannya, bangga sebagai umat Kristiani. Di saat itu, ia jengkel karena kami merilis beberapa artikel yang menerangkan kebatilan agama Kristen, mulai dari artikel tentang Sinterklas, Natal, Tahun Baru dan Hukum Main Petasan.

Akhirnya, ia mengucapkan kata-kata yang tidak wajar dan menunjukkan pembangkangannya atas Islam serta bangganya ia dengan kekafirannya.

Kepada orang ini dan semisalnya, kami tuliskan sebuah risalah ringkas dalam artikel ini, agar mereka mendapatkan hidayah menuju Islam.

Para pembaca yang budiman, ketahuilah wahai orang-orang yang berakal bahwa para Nabi telah mengambil janji dari Allah. Mereka berjanji bahwa jika suatu saat nanti muncul seorang nabi setelah mereka, maka mereka akan siap mengikutinya. Sedang nabi yang paling terakhir datang adalah Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-.

Allah -Azza wa Jalla-  berfirman,

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا ءَاتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ ءَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepada kalian berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman, “Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab,“Kami mengakui”. Allah berfirman, “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian”. (QS. Al-Imran: 81)

Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy –rahimahullah- menukil dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata saat menafsirkan ayat ini, “Allah tidak mengutus seorang nabi di antara para nabi, kecuali Dia mengambil perjanjian padanya. Jika Allah mengutus Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam-, sedang nabi itu hidup-, maka ia (nabi itu) betul-betul harus beriman kepada beliau, dan menolongnya”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (1/565)]

Andaikan Nabi Musa, Isa, Khidhir hidup di saat Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wa sallam– diutus sebagai seorang rosul, maka mereka semua wajib membenarkan beliau –Shallallahu alaihi wa sallam– dan tidak boleh bagi mereka mengajarkan dan mengikuti selain syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wa sallam-!!

Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– bersabda saat menegur Umar -radhiyallahu anhu- yang kala itu membawa Taurot,

لاَ تَسْأَلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ عَنْ شَيْءٍ، فَإِنَّهُمْ لَنْ يَهْدُوكُمْ، وَقَدْ ضَلُّوا، فَإِنَّكُمْ إِمَّا أَنْ تُصَدِّقُوا بِبَاطِلٍ، أَوْ تُكَذِّبُوا بِحَقٍّ، فَإِنَّهُ لَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ، مَا حَلَّ لَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي

“Janganlah kalian menanyai Ahli Kitab tentang sesuatu. Karena, mereka tidak akan memberikan petunjuk kepada kalian dan sungguh mereka telah sesat. Sebab, (jika kalian menanyai mereka), maka entah kalian akan membenarkan sesuatu yang batil atau entah kalian mendustakan sesuatu yang haq. Sesungguhnya andaikan Musa hidup diantara kalian, maka tidak halal baginya, kecuali ia mengikutiku”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (3/338), Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (26241), Abu Ya’laa dalam Al-Musnad (2135), dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (176) serta yang lainnya. Syaikh Al-Albani menilai hadits ini hasan dalam Mukhtashor Al-Uluw (hal. 59)]

Demikian pula, andai saja para pengikut para nabi itu  juga tidak membenarkan risalah dan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wa sallam-, maka pasti mereka akan sesat dan akan masuk neraka karena kekafirannya.

Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– bersabda,

وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad ada di Tangan-Nya, tak ada seorang pun dari kalangan umat ini yang mendengarkan tentang aku, baik itu Yahudi, maupun Nasrani, lalu ia mati, sedang ia belum beriman kepada (risalah) yang aku diutus karenanya, kecuali ia akan termasuk penghuni neraka”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (no. 153)]

Seorang ulama dari Negeri Syam, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy –rahimahullah– berkata,

“Hadits ini jelas bahwa barangsiapa yang mendengarkan Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan sesuatu (berupa Al-Qur’an) yang beliau diutus karenanya; hal itu sampai kepadanya berdasarkan segi (bentuk) yang Allah turunkan kepada beliau, lalu ia tidak beriman kepada beliau -Shallallahu alaihi wa sallam-, maka tempat kembalinya adalah neraka.

Tidak ada bedanya dalam hal itu antara orang Yahudi, Nasrani, majusi, dan orang atheis. Aku yakin bahwa kebanyakan kaum kafir andaikan diberi keluasan untuk menelaah prinsip-prinsip agama, aqidah dan ibadah-ibadah yang dibawa oleh Islam, maka mereka betul-betul akan bersegera untuk masuk Islam secara bergerombol.

Sebagaimana hal itu telah terjadi di awal (masa) agama (Islam) ini. Andaikan sebagian negeri-negeri Islam yang mengirim ke negeri-negeri barat seorang yang mengajak (berdakwah) kepada Islam dari kalangan orang punya ilmu tentang hakikat Islam dan punya pengetahuan tentang sesuatu yang disandarkan kepada Islam berupa khurofat, bid’ah, dan kedustaan-kedustaan, maka akan amat baik penawaran Islam kepada orang-orang yang akan didakwahi (audiens).

Semua itu menuntut seorang dai harus berada di atas ilmu tentang Al-Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah yang shohih serta berada di atas pengetahuan tentang sebagian bahasa-bahasa asing yang berlaku. Ini adalah urusan yang berat, hampir saja hilang. Jadi, urusan seperti ini menuntut adanya persiapan-persiapan yang penting. Semoga mereka melakukannya”.[Lihat Ash-Shohihah (no. 157)]

Katakanlah kepada para pendeta dan pastor serta para gembalaannya, barangsiapa yang mendustakan Muhammad, Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– beserta Al-Qur’an yang berisi petunjuk, setelah jelasnya keterangan dalam Al-Qur’an, Taurot, dan Injil, maka tempat yang dijanjikan bagi orang yang mendustakannya adalah neraka Jahannam!!

Allah –Azza wa Jalla– berfirman,

أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ مِنْهُ وَمِنْ قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إِمَامًا وَرَحْمَةً أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الْأَحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ فَلاَ تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِنْهُ إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يُؤْمِنُونَ  [هود : 17]

“Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat?, maka mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, Maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, Karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman”. (QS. Huud : 17)

Al-Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thobariy –rahimahullah– berkata, “Barangsiapa yang mendustakan Al-Qur’an ini, lalu ia mengingkari bahwa Al-Qur’an dari sisi Allah, (sang pengingkar) dari kalangan orang-orang berpecah-belah di atas agama mereka, maka neraka adalah tempat yang dijanjikan bagi mereka. Dia (si pengingkar) akan menuju ke neraka di akhirat akibat pendustaannya. Allah berfirman kepada Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-, “Karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu”. Allah menyatakan, jangan syak terhadapnya bahwa tempat yang dijanjikan bagi orang kafir (ingkar) kepada Al-Qur’an dari golongan-golongan yang berpecah-belah itu adalah neraka dan bahwa Al-Qur’an yang Kami turunkan kepadamu dari sisi Allah”. [Lihat Jami’ Al-Bayan (15/278-279) karya Ath-Thobariy, cet. Mu’assasah Ar-Risalah]

Inilah nasib orang yang enggan masuk Islam!! Siapa yang tidak mau mengikuti agama para nabi (yakni, Islam) yang dilanjutkan, dihidupkan dan dibawa oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- dengan syariat baru yang menghapus semua syariat nabi-nabi sebelumnya, maka ia akan dihinakan dalam Jahannam akibat kekafirannya!!!

Sumber: https://abufaizah75.blogspot.com/

jannatul-firdaus.net @2021

Kebijakan

Kontak

Maps