Panjangnya zaman yang menyelai antara masa kenabian dengan masa sekarang, membuat kebanyakan orang diantara mereka yang melupakan sebagian hukum-hukum syariat sehingga sesuatu yang haram kini berubah menjadi “halal” dalam penilaian mereka.
Sungguh sebuah ironi yang menyayat hati bila kebanyakan diantara kita sudah melupakan batasan dan aturan agamanya.
Semua itu dilatari oleh malasnya kaum muslimin mempelajari Kitabullah dan hadits-hadits Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– serta petunjuk dan jalan hidup para sahabat dalam beragama. Manusia hari ini banyak dilalaikan dari hal itu oleh pengaruh-pengaruh serta jerat-jerat setan dan bala tentaranya.
Para pembaca yang budiman, dulu berpacaran adalah sesuatu yang memalukan dan tabu bagi kebanyakan orang. Karena, masih banyak diantara kita yang mengetahui bahwa pacaran itu adalah pengantar menuju zina.
Allah –Azza wa Jalla– berfirman,
وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً [الإسراء/32]
“Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Israa’ : 32)
Ini merupakan dalil gamblang yang mengharamkan pacaran. Sebab ia merupakan sarana yang mendekatkan seseorang kepada dosa zina.
Alangkah banyaknya orang-orang yang terjerumus dalam zina pada hari ini melalui pintu dan jalan yang kita kenal dengan “pacaran”!!!
Kita saksikan para pemuda kita yang bergampangan dalam berpacaran akhirnya kumpul kebo, selingkuh, berzina, berhubungan intim sebelum nikah.
Bercinta ala pacaran adalah cinta yang diharamkan dalam agama, kecuali antara suami dengan istri yang telah sah dengan ikatan nikah.
Pacaran ialah sebuah langkah setan dalam menjerumuskan anak cucu Adam dalam dosa zina.
Itulah sebabnya Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– melarang keras salah satu trik pacaran yang kita kenal dengan “berdua-duaan” alias “bersunyi-sunyian”.
Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– bersabda,
وَلاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ ؛ فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Janganlah seorang lelaki berduaan dengan seorang perempuan, karena pihak ketiganya adalah setan”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (177). Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shahihah (430)]
Keindahan dan keceriaan saat berduaan adalah ibarat racun berbalut madu. Sebuah keindahan dan keceriaan yang akan menjerumuskan kita ke dalam jurang kehinaan dan kenistaan.
Sungguh muraqabatullah (penjagaan diri karena merasa selalu diawasi oleh Allah) telah hilang dari diri seseorang bila ia berduaan dengan pacarnya!!
Akibatnya setan pun beraksi, lalu disambut oleh orang yang digodanya. Tak ada lagi penghalang di saat berdua. Kini setan bebas memerintahkan keduanya untuk berbuat mesum!!!
Ia pun menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap sudut kamar, lalu mengunci semua pintu dan jendela. Selanjutnya ia melakukan percakapan tentang perkara-perkara yang malu untuk disebutkan di halaman ini.
Dia mengira mengira bahwa Allah tidak mengetahui, dan melihatmu!!! Demi Allah, tidaklah demikian!!!! Allah mendengar dan melihatnya!!!!
Para pembaca yang budiman, inilah fakta lapangan yang sering kita dengar, baca, atau mungkin menyaksikannya di sekitar kita. Sungguh sebuah kecelakaan di saat zina beserta pengantar-pengantarnya dianggap perkara yang biasa-biasa saja.
Lebih celaka lagi, media ikut “menghalalkan” pacaran dan zina dengan menampilkan berbagai informasi, kisah, lagu, berita dan lainnya yang menggambarkan kehidupan romantis dan lika-liku para pelaku pacaran dari kalangan para selebriti, baik muslim, maupun kafir.
Semua ini memperkuat usaha mereka dalam menghalalkan sesuatu asalnya adalah haram!! Semua dibungkus dengan rapi dan cantik. Pacaran dikesankan adalah sebuah kemajuan, keindahan, seni, peradaban manusia moderen, dan sederet hiasan lainnya!!!
Sementara itu hidup suci, tanpa berpacaran digambarkan dengan konotasi dan gambaran buruk, sehingga para pemuda pun merasa malu dan risih bila hidup bersendirian dan suci dari dosa pacaran.
Akibat dari semua itu muncul istilah “jomblo” yang mengandung konotasi buruk bahwa orang yang sendiri tanpa pacar adalah seorang yang lugu, bodoh, kurang kreatif, terbelakang, kurang jantan, tidak hebat, pasif, dan makna-makna buruk lainnya.
Subhanallah, sungguh ini adalah makar setan dalam menjerumuskan manusia dalam perbuatan keji (yakni, zina)!!!
Hendaknya seorang mukmin menjauhi istilah jomblo ini, karena akan membuat saudara kita terdorong kepada pacaran yang merupakan pintu terbesar yang menjerumuskan seseorang kepada ZINA.
Allah –Azza wa Jalla– berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ [النور : 21]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. An-Nuur : 21)
Al-Allamah Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’diy –rahimahullah– berkata,
((فالمعاصي التي هي خطوات الشيطان، لا تخرج عن ذلك، فنهي الله عنها للعباد، نعمة منه عليهم أن يشكروه ويذكروه، لأن ذلك صيانة لهم عن التدنس بالرذائل والقبائح، فمن إحسانه عليهم، أن نهاهم عنها، كما نهاهم عن أكل السموم القاتلة ونحوها)) تفسير السعدي – (1 / 563)
“Maksiat-maksiat merupakan langkah-langkah setan; tak akan keluar dari hal itu. Jadi, larangan Allah bagi para hamba dari berbagai maksiat merupakan nikmat dari Allah yang wajib bagi mereka syukuri dan sebut-sebut. Karena, larangan itu adalah perlindungan bagi mereka dari terkotori oleh perbuatan-perbuatan rendah dan buruk. Nah, diantara kebaikan Allah kepada mereka, Allah mencegah mereka dari dosa-dosa sebagaimana halnya Dia mencegah mereka dari meminum racun-racun yang mematikan dan sejenisnya”. [Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman (hal. 563)]
Sungguh pacaran dan zina adalah dua dosa yang mengotori hati, bahkan mematikannya. Dosa ini telah menjamur di masyarakat Indonesia dan lainnya; mereka mengira pacaran sebagai dosa ringan di mata Allah!!!
Dosa ini tak kalah dahsyatnya dibandingkan racun yang memabukkan dan mematikan pelakunya.
Itulah hikmahnya Allah melarang kita berpacaran dalam ayat 32 dari Surah Al-Israa’ tersebut di atas, demi melindungi kita dari lumuran dosa dan maksiat yang akan mematikan jiwa, bahkan mungkin raga kita, wahai saudaraku!!!!
Coba bayangkan!! Bagaimana kira-kira kehidupan kita di zaman moderen ini bila Allah tak pernah menurunkan wahyu (Al-Qur’an) sejak 15 abad yang lalu. Pasti kehidupan kita persis dengan bahimah (hewan ternak)!!!
Kalau Allah tidak melarang semua maksiat dalam Al-Qur’an, maka pasti kita akan hidup bebas tanpa aturan yang benar dan kokoh. Tapi syukurlah ada larangan pacaran Al-Qur’an!!
Namun realita yang membuat kita risau, kaum muslimin tidak mengindahkan larang ini. Malah mereka mengikuti langkah-langkah setan dan bala tentaranya dari kalangan Ahlul Kitab dan orang-orang kafir lainnya yang giat menyemarakkan pacaran, untuk selanjutnya menjerumuskan dalam dosa zina.
Inilah keadaan umat Islam hari ini yang pernah diisyaratkan oleh Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– dalam sabdanya,
لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ دَخَلَ حُجْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمْ ، وَحَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ جَامِعَ امْرَأَتَهُ بِالطَّرِيقِ لَفَعَلْتُمُوهُ
“Sungguh kalian akan mengikuti jejak-jejak umat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, dan sedepa demi sedepa sampai pun andai seorang diantara mereka memasuki lubang biawak, niscaya kalian pun akan memasukinya; sampai pun andai seorang diantara mereka berjimak dengan ibunya di jalan, maka kalian pun ikut melakukannya”. [HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (8404). Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (1348)]
Para pembaca yang budiman, jika kita terjerat dalam dosa pacaran ini, segera kita bertobat kepadanya, dan jauhilah semua sebab-sebab yang menjerumuskan kita kepadanya. Ikhlashkan dan kuatkan hati kita untuk meninggalkannya agar kita dapat meneguk manisnya kecintaan kepada Allah.
Ketahuilah, tidak mungkin akan bersatu dua cinta dalam sebuah hati : cinta kepada ketaatan dan cinta kepada maksiat.
Siapa yang menikmati cinta terlarang (pacaran), maka Allah –Tabaroka wa Ta’ala– akan mencabut dari hatinya manisnya iman dan ketaatan kepada Allah. Nas’alullahal afiyah was salamah.