Hukum Cebok setelah Kentut

  • Oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah hafizhahullah
  • [Pembina Ponpes Al-Ihsan Gowa]

 

Kentut adalah hal yang biasa dialami oleh setiap orang di antara kita. Lalu apakah kita harus harus cebok atau mencuci dubur dan kemaluan seusai kentut?

Persoalan ini pernah diutarakan dan ditanyakan kepada seorang ulama Timur Tengah yang Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah.

Kemudian beliau pun memberikan jawaban ringkas berikut ini :

الجواب: خروج الريح من الدبر ناقض للوضوء لقول النبي صلى الله عليه وسلم :

((لا ينصرف حتى يسمع صوتاً أو يجد ريحاً))،

لكنه لا يوجب الاستنجاء، أي لا يوجب غسل الفرج لأنه لم يخرج شيء يستلزم الغسل، وعلى هذا فإذا خرجت الريح انتقض الوضوء، وكفى الإنسان أن يتوضأ، أي أن يغسل وجهه مع المضمضة والاستنشاق، ويديه إلى المرفقين، ويمسح رأسه، ويمسح أذنيه، ويغسل قدميه إلى الكعبين.

وهنا أنبه على مسألة تخفى على كثير من الناس وهي: أن بعض الناس يبول أو يتغوط قبل حضور وقت الصلاة، ثم يستنجي، فإذا جاء وقت الصلاة، وأراد الوضوء، فإن بعض الناس___يظن أنه لا بد من إعادة الاستنجاء وغسل الفرج مرة ثانية،

وهذا ليس بصواب, فإن الإنسان إذا غسل فرجه بعد خروج ما يخرج منه، فقد طهر المحل، وإذا طهر فلا حاجة إلى إعادة غسله، لأن المقصود من الاستنجاء أو الاستجمار الشرعي بشروطه المعروفة، المقصود به تطهير المحل، فإذا طهر فلن يعود إلى النجاسة إلا إذا تجدد الخارج مرة ثانية.” اهـ من فتاوى أركان الإسلام (ص: 214) (رقم : 132)

“Keluarnya angin (kentut) dari dubur adalah membatalkan wudhu’, berdasarkan sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-,

((لا ينصرفْ حتى يسمع صوتاً أو يجد ريحاً)) ،

“Janganlah ia pergi (yakni, keluar dari sholatnya) sampai ia mendengar suara (kentut), atau mencium bau (kentut).”[1]

Akan tetapi hal itu (kentut) tidak mengharuskan istinja’ (cebok), maksudnya tidak mengharuskan mencuci kemaluan, karena tidak ada sesuatu yang keluar mengharuskan pencucian (bagi kemaluan atau dubur).

Atas dasar ini, jika angin keluar (dari dubur), maka wudhu’ batal, dan cukuplah bagi seseorang berwudhu’, yaitu mencuci wajahnya diiringi kumur-kumur dan memasukkan air (ke hidung), mencuci kedua tangan sampai kepada dua siku, mengusap kepala, dan mengusap kedua telinga, serta mencuci kedua kaki sampai kepada dua mata kaki.

 Di sini, saya akan mengingatkan tentang sebuah permasalahan yang samar bagi banyak orang, yaitu sebagian orang yang kencing atau berak sebelum datang waktu sholat, lalu ia cebok.

Jika waktu sholat telah datang, dan ia ingin wudhu’, maka sebagian orang mengira bahwa ia harus mengulang cebok dan pencucian kemaluannya untuk kedua kalinya.

 Ini tentu tidak benar! Karena seseorang bila telah mencuci kemaluannya setelah keluarnya sesuatu darinya, maka tempat keluarnya kotoran telah suci. Nah, jika ia sudah suci, maka tidak perlu mengulangi pencucian kemaluan. Karena, tujuan dari istinja’ (cebok dengan air) atau istijmar (cebok dengan batu) yang syar’iy berdasarkan syarat-syaratnya yang sudah diketahui, tujuannya adalah penyucian tempat (keluarnya kotoran).

Jika ia sudah suci, maka ia tidak akan kembali najis, kecuali bila keluar lagi kotoran untuk kedua kalian.”

Sumber : Fatawa Arkan Al-Islam (hlm. 214) (no. 132)

  

[1] HR. Al-Bukhoriy (no. 137), dan Muslim (no. 361)

—————————————————————————–