Bagikan...
Agar Hidup Lebih Berarti

- Oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah hafizhahullah
- [Pembina Ponpes Al-Ihsan Gowa]
Booklet Khutbah Idul Fithri 1435 H
Mungkin setiap orang diantara kita sudah pernah mendengar istilah “virus”. Virus berasal dari bahasa latin yang berarti racun.
Virus secara istilah adalah mikro organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa, hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْـدُ ..
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.
Kaum muslimin dan muslimat, jamaah shalat Id yang berbahagia!
Maha Besar Allah yang menerangi pagi ini setelah kegelapan malam,
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ.
“Dialah yang menjadikan malam bagi kalian supaya kalian beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kalian mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.” [Yûnus: 67]
Maha Agung Allah yang telah menunjuki jalan keislaman, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju kepada cahaya,
هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ.
“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Qur`an) supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya.” [Al-Hadîd: 9]
Maha Besar Allah yang menghiasi lembaran kehidupan umat Islam dengan dua hari Id dan berbagai waktu ibadah,
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ.
“Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik daripada sesuatu yang mereka kumpulkan.’.” [Yûnus: 58]
Maha Suci Allah yang memberi rahmat, membuka pintu harapan, dan mencurahkan berbagai nikmat yang tak terhingga,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا.
“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian membilangnya.” [Ibrâhîm: 34]
Maha Suci Allah yang menerima taubat, memaafkan kesalahan, dan mengetahui segala hal yang hamba lakukan,
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ.
“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan serta mengetahui segala sesuatu yang kalian lakukan.” [Asy-Syûrâ: 25]
Maha Besar Allah yang semua makhluk fakir kepada-Nya, sedang Dia adalah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللهِ وَاللهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ.
“Wahai manusia, kalianlah yang fakir kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” [Fâthir: 15]
Maha Suci Allah yang menghidupkan manusia, kemudian mematikannya, kemudian membangkitkan mereka semua untuk hari hisab,
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ.
“Mengapa kalian kafir kepada Allah, padahal sebelumnya kalian mati, lalu Allah menghidupkan kalian, kemudian kalian dimatikan dan dihidupkan oleh-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kalian dikembalikan?” [Al-Baqarah: 28]
Maha Besar Allah yang tidak seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan menghadap kepada-Nya sebagai hamba,
إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا.
“Tiada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” [Maryam: 93]
Maha Suci Allah, yang telah menetapkan kehidupan manusia berakhir kepada surga atau kepada neraka,
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ.
“Demikianlah Kami mewahyukan Al-Qur`an kepadamu dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tiada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, tetapi segolongan pula masuk neraka.” [Asy-Syûrâ: 7]
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,
Bersama lembaran baru hari Idul Fitri yang berbahagia ini, ada sebuah keistimewaan dalam Islam yang harus selalu kita renungi, suatu pijakan dalam memandang kehidupan yang terbaik.
Ketahuilah -semoga Allah merahmati Kita semua- bahwa Allah ‘Azza wa Jalla telah memberi rahmat kepada umat ini dengan tuntunan yang jelas, suatu jalan kehidupan yang membedakan antara cahaya dan kegelapan. Allah Ta’âlâ berfirman,
اللهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ.
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya.” [Al-Baqarah: 257]
هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ.
“Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang?” [Ar-Ra’d: 16]
Dengan agama ini, teranggaplah manusia menjadi dua golongan: mereka yang hidup dengan cahaya agung dan mayat yang berpaling dari petunjuk. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا.
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang yang, dengan cahaya itu, dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap-gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari (gelap-gulita) itu?” [Al-An’âm: 122]
Dalam merasakan manfaat cahaya tersebut, manusia juga terbagi dua,
قَدْ جَاءَكُمْ بَصَائِرُ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَا.
“Sesungguhnya telah datang dari Rabb kalian bukti-bukti yang terang maka barangsiapa yang melihat (kebenaran itu), (manfaatnya adalah) bagi diri dia sendiri; sedangkan barangsiapa yang buta (terhadap kebenaran itu), (kemudharatannya) kembali kepada dia.” [Al-An’âm: 104]
Ciri pokok dari pengutusan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam adalah mengajak manusia kepada hal yang merupakan hakikat kehidupannya sebagaimana dalam firman Allah Subhânahu wa Ta’âlâ,
لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا.
“Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang (benar) hidup.” [Yâsîn: 70]
Dengan ketentuan cahaya agama ini, akan tampak jelas siapa saja yang hidup bahagia atau berada dalam kebinasaan,
لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ.
“Yaitu agar orang yang binasa itu kebinasaannya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu kehidupannya dengan keterangan yang nyata (pula).” [Al-Anfâl: 42]
Marilah, pada hari Id yang berbahagia ini, Kita mengisi lembaran kehidupan baru dengan makna kehidupan yang lebih berarti.
Cermatilah sebab-sebab yang membuat amanah umur dan kesempatan lebih bernilai di sisi Allah Ta’âlâ.
Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati oleh Allah,
Pokok kehidupan seorang mukmin dan mukminah yang merupakan sumber kebahagiaannya adalah keimanan dan amalan shalih. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
“Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, sesungguhnya akan Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa-apa yang telah mereka kerjakan.” [An-Nahl: 97]
Keimanan adalah keyakinan hati yang diucapkan dengan lisan dan disertai amalan perbuatan mencakup berbagai cabang keimanan. Pokoknya adalah keimanan kepada Allah Ta’âlâ, kepada malaikat, kitab-kitab, para rasul, dan hari akhirat, serta keimanan kepada takdir yang baik dan yang buruk.
Juga Ketulusan dan kemurnian ibadah, bersih dari noda kesyirikan, sebagaimana firman Allah Jalla Jalâluhu,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ.
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezhaliman (kesyirikan), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [Al-An’âm: 82]
Keimanan inilah yang menjadi pembelaan untuk hamba pada segala keadaan,
إِنَّ اللهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا.
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman.” [Al-Hajj: 38]
Sumber pertolongan di dunia dan di akhirat,
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ.
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” [Ghâfir: 51]
Dan amalan shalih adalah segala perbuatan yang dibangun di atas tuntunan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang disertai dengan keikhlasan.
Allah Jalla Jalâluhu berfirman,
وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا. وَإِذًا لَآتَيْنَاهُمْ مِنْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا. وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا.
“Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (keimanan mereka), dan kalau demikian, Kami pasti memberikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan Kami pasti memberi petunjuk kepada mereka menuju jalan yang lurus.” [An-Nisâ`: 66-68]
Kaum muslimin dan muslimat, hamba-hamba Allah!
Di antara pokok perkara yang membuat kehidupan lebih berarti adalah tunduk kepada segala perintah Allah dan Rasul-Nya,
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ.
“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan rasul apabila dia menyeru kalian kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kalian. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kalian akan dikumpulkan.” [Al-Anfâl: 24]
Perhatikanlah keagungan agama ini dari keterangan ayat ini, bahwa segala tuntunannya adalah hal yang memberi kehidupan yang sebenarnya kepada seorang hamba.
Oleh karena itu, keluar dari perintah Allah dan Rasul-Nya itulah kematian hidup,
إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ.
“Hanya mereka yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang (teranggap) mati, akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nyalah mereka dikembalikan.” [Al-An’âm: 36]
Jawablah seruan Allah dan Rasul-Nya sebelum tiba suatu hari yang penyesalan tiada bermanfaat lagi,
اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللهِ مَا لَكُمْ مِنْ مَلْجَإٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَكِيرٍ.
“Patuhilah seruan Rabb kalian sebelum datang dari Allah suatu hari yang kedatangannya tidak dapat ditolak. Kalian tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu tidak pula dapat mengingkari (dosa-dosa kalian).” [Asy-Syûrâ: 47]
Jawablan seruan Allah dan Rasul-Nya dengan melaksanakan segala perintah dan meninggalkan larangan.
Allah Jalla Jalâluhu berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.
“Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah kalian, sujudlah kalian, beribadahlah kepada Rabb kalian, dan perbuatlah kebajikan supaya kalian mendapat kemenangan.” [Al-Hajj: 77]
Jauhilah segala dosa dan maksiat agar kehidupan lebih bercahaya dan lebih berberkah.
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا.
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang dikerjakan terhadap kalian, niscaya Kami menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke tempat yang mulia (surga).” [An-Nisâ`: 31]
Namun, sangat disayangkan bahwa, pada hari-hari ini, kita melihat banyak dari kaum muslimin yang meremehkan dosa, seakan dosa itu bukanlah ancaman yang bisa menghancurkan kehidupan seorang hamba.
Anas bin Mâlik berkata radhiyallâhu ‘anhu,
إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُوْنَ أَعْمَالاً هِيَ أَدَقُّ فِيْ أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعْرِ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَمِنَ الْمُوْبِقَاتِ
“Sungguh kalian mengerjakan amalan-amalan yang, di mata kalian, seperti rambut, padahal kami, pada masa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, menganggap (amalan) tersebut sebagai hal yang membinasakan.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry]
Di antara dosa yang banyak diremehkan oleh manusia adalah perbuatan kesyirikan, seperti berdoa kepada selain Allah, meminta hajat kepada penghuni kubur, menyembelih untuk selain Allah, dan mendatangi tempat-tempat yang dikeramatkan.
Kesyirikan adalah penghancur kenikmatan dan dosa terbesar yang akan mengakibatkan pelakunya kekal di dalam neraka. Allah Subhânahu mengingatkan,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya, barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, pasti Allah mengharamkan surga kepadanya, sedang tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada seorang penolong pun bagi orang-orang zhalim itu.” [Al-Mâ`idah: 72]
Allah ‘Azza wa Jalla juga menegaskan,
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh.” [Al-Hajj: 31]
Termasuk dosa yang banyak diremehkan adalah mendatangi dukun-dukun dan memercayai paranormal, padahal Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
مَنْ أَتَى كَاهِنًا، أَوْ عَرَّافًا، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau paranormal, lalu membenarkan ucapan (dukun atau paranormal) itu, sungguh dia telah kafir terhadap (risalah) yang diturunkan kepada Muhammad.” [Dikeluarkan oleh Ahmad dan Al-Hâkim. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albâny dalam Irwâ`ul Ghalîl 7/69-70]
Juga, di antara deretan dosa yang disepelekan adalah sebagaimana keadaan sebagian kaum muslimat yang menanggalkan jilbab dan mengikuti pakaian perempuan-perempuan kafir. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ، وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Dua golongan dari penduduk neraka, yang aku belum pernah melihat keduanya: suatu kaum yang membawa cambuk-cambuk seperti ekor-ekor sapi, dia memukul manusia dengan (cambuk-cambuk) itu, dan para perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, menyesatkan orang lain, bersisir seperti pezina, kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring. Mereka tidak akan dimasukkan ke dalam surga dan tidak akan mencium bau (surga), padahal bau (surga) bisa dicium dari jarak begini dan begini.” [Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu]
Di antara dosa yang membawa kejelekan untuk suatu negeri adalah mencela dan menghujat pemerintah dan pemimpin muslim. Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَكْرَمَ سُلْطَانَ اللهِ فِي الدُّنْيَا، أَكْرَمَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللهِ فِي الدُّنْيَا ، أَهَانَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang memuliakan sulthan Allah di dunia, Allah akan memuliakannya pada hari kiamat. (Namun) barangsiapa yang menghinakan sulthan Allah di dunia, Allah akan menghinakannya pada hari kiamat.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albâny dalam Ash-Shahîhah]
Bukanlah hal terlarang bila memberi nasihat kepada penguasa, tetapi memberi nasihat adalah dengan dengan cara yang jelas dan membawa manfaat dan perubahan, bukan dengan cara ribut-ribut, berteriak-teriak di jalan, dan menzhalimi manusia.
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِي سُلْطَانٍ فَلَا يُبْدِهِ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ يَأْخُذُ بِيَدِهِ فَيَخْلُو بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang menasihati penguasa, janganlah dia menampakkan (nasihat itu) secara terang-terangan, tetapi hendaknya dia mengambil tangan (penguasa tersebut) dan berduaan dengannya. Kalau (sang penguasa) menerima, itulah (yang diinginkan). Akan tetapi, jika (sang penguasa) menolak, dia telah menunaikan kewajibannya.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Âshim, Al-Hâkim, dan Al-Baihaqy]
Kaum muslimin dan muslimat yang berjalan ke negeri akhirat,
Di antara pokok perkara yang membuat kehidupan yang lebih berarti adalah mendidik diri dengan ilmu agama. Allah Ta’âlâ menyebut wahyu yang diturunkan kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam sebagai ruh,
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ.
“Dan demikianlah Kami mewahyukan kepadamu ruh (wahyu Al-Qur`an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur`an) itu tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur`an itu sebagai cahaya, yang dengan (Al-Qur`an) itu Kami memberi petunjuk kepada siapa saja yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” [Asy-Syûrâ: 52]
Juga Allah Ta’âlâ menyebut Al-Qur`an yang merupakan sumber ilmu dan kehidupan dengan berbagai sifat agung,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ.
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada serta petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” [Yûnus: 57]
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا.
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti kebenaran dari Rabb kalian dan Kami telah menurunkan kepada kalian cahaya yang terang benderang.” [An-Nisâ`: 174]
Dari Ibnu ‘Abbâs radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا وَإِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ أَبَدًا , كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Ketahuilah, bahwa Saya telah meninggalkan pada kalian suatu perkara yang kalian tidak akan tersesat selamanya sepanjang kalian berpegang teguh dengannya, yaitu kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya.” [Diriwayatkan oleh Al-Ajurry, Al Hakim, Al-Baihaqy, dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albâny dalam At-Tawassul dengan mengisyaratkan syahid baginya dalam Ash-Shahîhah no. 1761]
Beliau bersabda pula,
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Siapa saja yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, (Allah) akan memahamkannya dalam agama.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim]
Tuntutlah ilmu dan obati penyakit kejahilan dengan berguru kepada orang-orang yang berilmu.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ.
“Bertanyalah kalian kepada orang-orang yang berilmu jika kalian tiada mengetahui.” [Al-Anbiyâ`: 7]
Kaum muslimin dan muslimat yang takut dari api neraka,
Di antara pokok pijakan yang membuat hidup kehidupan lebih berarti adalah mengikat diri dengan ketakwaan dalam menjalankan segala perintah dan meninggalkan segala larangan disertai takut akan siksaan dan kemurkaan-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.
“Wahai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan dua bagian rahmat-Nya kepada kalian, dan menjadikan untuk kalian cahaya yang, dengan cahaya itu, kalian dapat berjalan, dan Dia mengampuni kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Hadîd: 28]
Takwa adalah sebab kemudahan dan kelapangan,
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ.
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada dia sangka-sangka.” [Ath-Thalâq: 2-3]
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا.
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” [Ath-Thalâq: 4]
Takwa adalah sebab kesejahteraan suatu negeri,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu maka Kami menyiksa mereka disebabkan oleh perbuatan mereka.” [Al-A’râf: 96]
Kaum muslimin dan muslimat, para pemimpin dan orang tua,
Hidup ini adalah kesempatan dan amanah. Terdapat kewajiban yang terpikul pada pundak seseorang yang diberi amanah kepemimpinan dan tanggung jawab.
Rasulullah mengingatkan,
مَا مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً، فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيحَةٍ، إِلَّا لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الجَنَّةِ
“Tidaklah seorang hamba diberi tanggung jawab oleh Allah dengan suatu tanggung jawab, kemudian dia tidak menjaga (tanggung jawab) itu secara tulus dan maksimal, kecuali bahwa dia tidak akan mencium bau surga.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari Ma’qil bin Yasar. Lafazh hadits adalah milik Al-Bukhâry]
Juga Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap segala sesuatu yang (Allah) perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan segala hal yang diperintahkan.” [At-Tahrîm: 6]
Wahai para pemuda dan pemudi harapan umat,
Kalian adalah buah hati dan harapan umat, jadilah orang yang paling bermanfaat bagi manusia, dan jadilah orang-orang yang berberkah di manapun kalian berada sebagaimana keberadaan Nabi Isa ‘alaihis salâm yang berkata,
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ.
“Dan Dia menjadikanku sebagai orang yang diberkahi di mana saja aku berada.” [Maryam: 31]
Kaum muslimin dan muslimat yang seluruhnya akan menghadap kepada Allah,
Pada hari kemarin Kita dimuliakan dengan Ramadhan. Tiada terasa waktu terus bergulir, dan hari ini Kita telah meninggalkan Ramadhan. Itulah hari-hari kehidupan yang terus berjalan tanpa henti menuju suatu yang pasti: kehidupan akhirat, yang di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla Kita akan berdiri,
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ.
“Dan peliharalah diri kalian dari (adzab yang terjadi pada) hari yang, pada waktu itu, kalian semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan sempurna terhadap segala sesuatu yang telah mereka kerjakan, sedang sedikitpun mereka tidak dianiaya (dirugikan).” [Al-Baqarah: 281]
Perbaharuilah lembaran-lembaran kehidupan yang segala hasilnya akan kembali kepada Kita jua,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ.
“Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, (pahalanya) untuk dirinya sendiri, sedangkan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” [Fushshilat: 46]
Kaum muslimin dan muslimat yang memiliki kelembutan hati dan kasih sayang,
Pada hari yang berbahagia ini, ada sejumlah kaum muslimin menghadiri hari Id ini dengan linangan air mata dan berliput duka dan nestapa. Oleh karena itu, ulurkanlah tangan kebaikan dan tuangkanlah dari ketulusan hati kepada saudara-saudara seagama. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُون إِلّا بِضُعَفَائِكُمْ
“Tidaklah kalian mendapat pertolongan dan kelapangan rezeki, kecuali dengan sebab (memperhatikan) orang-orang lemah di antara kalian.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dari Sa’d bin Abi Waqqâsh radhiyallâhu ‘anhu]
Juga janganlah lupa kepada kaum muslimin di berbagai belahan dunia: di Palestina, Suriah, Iraq, dan selainnya yang diliputi oleh berbagai kesedihan dan cobaan. Curahkanlah doa dan bantuan untuk mereka. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
المُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang mukmin bagi mukmin yang lain seperti bangunan, yang sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” [Dikeluarkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallâhu ‘anhu]
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa menjaga kita semua di atas segala nikmat dan melindungi kita dari segala musibah dan malapetaka.
Sebagaimana, Kita bermohon kepada-Nya agar Dia menerima amalan puasa, shalat, zakat, sedekah, bacaan Al-Qur`an, dan segala amalan shalih, serta menjadikan amalan tersebut sebagai pembebas leher-leher Kita dari api neraka.
Semoga, pada setiap tahunnya, kaum muslimin dan muslimat selalu berada di atas kebaikan dan ketakwaan, tergolong ke dalam Al-Fâ`izin ‘orang-orang yang beruntung’ dan Al-Â’idin ‘orang-orang yang terlahir kembali, bersih dari dosa’.
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صَالِحَ الْأَعْمَالِ، وَصَلَّى اللهُ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا مَزِيدًا.
Booklet Khutbah Idul Fithri 1435 H
—————————————————————————–
- Sumber artikel: https://abufaizah75.blogspot.com/
- Sumber gambar: https://pixabay.com/