Manusia dalam pergaulan dunia ini memiliki banyak tipe. Ada yang menyenangkan dan membawa berkah atau kebaikan, dan ada yang menyusahkan dan memberikan keburukan kepada yang lain. Lantaran itu, selayaknya seorang mukmin berhati-hati dalam bersahabat, memilih tetangga, mendidik anak, mencari pasangan hidup dan mengusahakan harta benda duniawi.
Jika seseorang salah langkah dalam memilih dan mencari hal-hal tersebut, maka ia akan mendapatkan kesusahan hidup dan kesengsaraan di dunia dan boleh jadi di akhirat. Tetangga yang buruk akan banyak menimbulkan masalah dan keburukan bagi saudaranya yang lain. Tetangga buruk merupakan beban berat yang melebihi beratnya batu besar dan besi berat!!
Konon kabarnya, Luqman Al-Hakim –rahimahullah– pernah berpesan kepada anaknya,
يَا بُنَيَّ حَمَلْتُ الْجَنْدَلَ وَالْحَدِيدَ وَكُلَّ شَيْءٍ ثَقِيلٍ، فَلَمْ أَجِدْ شَيْئًا هُوَ أَثْقَلَ مِنْ جَارِ السَّوْءِ
“Wahai anakku, aku telah memikul batu besar dan besi serta segala sesuatu yang berat. Namun aku tak pernah memikul sesuatu yang lebih berat dibandingkan tetangga yang buruk.” [Atsar Riwayat Ibnu Mubarok dalam Az-Zuhd (no. 991), Ahmad dalam Az-Zuhd (hlm. 105), Al-Marwaziy dalam Al-Birr wa Ash-Shilah (no. 225 & 261), Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (no. 34296), Ibnu Abid-Dun-ya dalam Makarim Al-Aklahq (no. 351), dan Abu Bakr Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (no. 4891)]
Istri yang buruk perangai akan sering menimbulkan kesusahan bagi suaminya akibat kedurhakaan dan pembangkangannya, sehingga membuat pikiran suaminya jadi berat dan ia berubah jadi beruban sebelum waktunya, lantaran memikirkan segala hal yang muncul dari sikap buruk istrinya.
Anak durhaka tak kalah masalahnya. Ia akan membebani dan memperlakukan kedua orang tuanya layaknya budak sahaya yang hina. Padahal orang tua, apalagi di masa tuanya, seorang anak harus memuliakannya. Tapi dasar anak durhaka, ia menghinakan orang tuanya!!
Harta yang tidak berkah, akibat tak dihasilkan dari sesuatu yang halal atau dibelanjakan dalam sesuatu yang haram dan tak berguna.
Kadang juga harta benda itu disimpan oleh pemiliknya, tanpa dikeluarkan zakatnya. Harta yang seperti ini akan menjadi adzab (siksaan) bagi pemiliknya kelak di dunia, dan boleh jadi di akhirat.
Berapa banyak orang yang hidup dengan harta benda yang melimpah, justru harta itu malah menjadi siksaan baginya. Siang-malam ia pikirkan sampai ia tak bisa tidur. Harta benda menjadikan sebagian orang hancur.
Rumah tangganya rusak akibat anak-anak hidup mewah, tanpa ia didik agar ia gunakan di jalan kebaikan dan ketaatan.
Fakta lain menunjukkan bahwa banyak orang yang punya harta yang berlebihan, namun mereka tak dapat menikmatinya, karena ia hidup boros. Punya income (pendapatan) yang banyak namun tak terasa habis, tanpa dinyana. Ini merupakan tanda tercabutnya berkah dari harta itu dan pemiliknya.
Itulah rahasianya Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– pernah berlindung kepada Allah agar dilindungi dari lima golongan makhluk yang harus diwaspadai, ditakuti dan dijauhi!!!
Abu Hurairah Ad-Dausiy –radhiyallahu anhu– berkata,
كَانَ مِنْ دُعَاءِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ الْمَشِيبِ وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَلَيَّ رِبًا وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابًا وَمِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ عَيْنَهُ تَرَانِي وَقَلْبُهُ تَرْعَانِي إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا وَإِذَا رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا
“Diantara doa Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam-,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ الْمَشِيبِ وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَلَيَّ رِبًا وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابًا وَمِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ عَيْنَهُ تَرَانِي وَقَلْبُهُ تَرْعَانِي إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا وَإِذَا رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang buruk, dari istri yang membuatku beruban sebelum masa beruban, dari anak yang menjadi tuan bagiku, dari harta yang menjadi siksaan atasku dan dari kawan yang berbuat makar; matanya memandangiku, sedang hatinya mengawasiku. Jika ia melihat kebaikan, maka ia tanam (sembunyikan) dan jika melihat keburukan, maka ia menyebarkannya”. [HR. Hannad dalam Az-Zuhd (no. 1038) dan Ath-Thobroniy dalam Al-Mu’jam Al-Awsath (no. 1339). Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 3137)]
Hadits ini merupakan lautan faedah yang memendam banyak mutiara hikmah yang dapat kita gali. Itulah lentera wahyu yang memancarkan cahaya melalui lisan Rasul dan manusia terbaik, Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wa sallam-.
Di dalam hadits ini Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– mengingatkan kita tentang lima golongan makhluk yang harus diwaspadai, jangan sampai menjerumuskan kita ke dalam lembah kebinasaan.
Ini merupakan bukti bahwa Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- adalah nabi yang amat sayang kepada manusia.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ [التوبة/128]
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (QS. At-Taubah : 128)
Al-Imam Al-Mufassir Muhammad Al-Amin Al-Janakiy Asy-Syinqithiy –rahimahullah– berkata,
هَذِهِ الْآيَةُ الْكَرِيمَةُ تَدُلُّ عَلَى أَنَّ بَعْثَ هَذَا الرَّسُولِ الَّذِي هُوَ مِنْ أَنْفُسِنَا الَّذِي هُوَ مُتَّصِفٌ بِهَذِهِ الصِّفَاتِ الْمُشْعِرَةِ بِغَايَةِ الْكَمَالِ ، وَغَايَةِ شَفَقَتِهِ عَلَيْنَا – هُوَ أَعْظَمُ مِنَنِ اللَّهِ تَعَالَى ، وَأَجْزَلُ نِعَمِهِ عَلَيْنَا ، وَقَدْ بَيَّنَ ذَلِكَ فِي مَوَاضِعَ أُخَرَ (أضواء البيان في إيضاح القرآن بالقرآن – (2 / 149))
“Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa pengutusan Rasul (yakni, Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-) yang berasal dari bangsa kita sendiri (yakni, bangsa manusia). Beliau adalah orang yang tersifati dengan sifat-sifat yang menggambarkan puncak kesempurnaan dan puncak kasih sayang kepada kita. Semua ini merupakan karunia terbesar dari Allah -Ta’ala- dan nikmat yang teragung bagi kita. Sungguh Allah telah menjelaskan hal itu dalam beberapa tempat yang lain”. [Lihat Adhwa’ Al-Bayan (2/149), karya Asy-Syinqithiy, cet. Dar Al-Fikr, Lebanon, 1415 H]
Diantara puncak kasih beliau atas manusia, beliau mengingatkan kita dari berbagai bahaya dan keburukan yang akan menyusahkan kita dalam kehidupan dunia atau mungkin juga di akhirat sebagaimana yang ada dalam hadits di atas. Nas’alullahal afiyah was salamah min syarri dzalik.
Faedah dan Ibrah dari Hadits di Atas
Diantara faedah dan ibrah yang dapat dipetik dari hadits yang mulia ini,
1) Hendaknya seorang muslim senantiasa berdoa dan berlindung kepada Allah, bukan kepada makhluk. Sebab, permohonan dan doa seperti ini adalah ibadah yang harus dipersembahkan kepada Allah saja!!
2) Hadits ini merupakan isyarat tentang semangat para sahabat yang kuat dalam menyampaikan ilmu dengan meriwayatkan hadits-hadits yang berisi perilaku dan sabda-sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-. Andaikan bukan jasa mereka dalam meriwayatkan sunnah dari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, maka generasi setelahnya tak akan mengenal Islam.
3) Selayaknya seseorang memilih tetangga yang baik dan berdoa agar dihindarkan dari keburukannya. Tetangga yang buruk seringkali menyeret kepada keburukan, sedang tetangga yang baik akan mengajak dan membimbing kita kepada jalan-jalan kebaikan.
4) Seseorang yang ingin mencari pasangan hidup hendaknya berlindung kepada Allah agar ia dihindarkan dari istri yang buruk perangainya. Saking buruknya, ia telah membuat suaminya beruban dan tua, akibat ulah sang istri yang amat memberatkan pikiran dan jasmani suaminya.
5) Diantara bentuk kedurhakaan seorang anak, ia memperlakukan orang tuanya laksana budak yang hina.
6) Harta yang tidak digunakan di jalan kebaikan akan menjadi senjata dan siksaan yang akan menyengsarakan pemiliknya.
7) Waspadailah dan jauhilah sahabat buruk yang suka memata-matai temannya, lalu menyebarkan aibnya dan mengubur segala kebaikan temannya.
8) Diantara bentuk baiknya persahabatan, seseorang menyebutkan kebaikan sahabatnya dan menyembunyikan aibnya.
Para pembaca yang budiman, inilah sebagian faedah yang dapat kami petik dari hadits ini. Semoga bermanfaat. Washollallahu ala nabiyyina wa alihi wa shohbihi ajma’in.