Jannatul-firdaus.net

Menyebar Ilmu Syar’i

Jannatul-firdaus.net

Menyebar Ilmu Syar’i

Bagikan...

Definisi Zakat

  • Oleh: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi hafizhahullah

Secara bahasa, zakat berasal dari beberapa makna:

Pertama, bermakna النماء والزيادة ‘perkembangan dan tambahan’. Pada pembahasan manfaat zakat, akan diketahui bahwa zakat itu mengembangkan dan menambah harta.

Kedua, bermakna الطهارة ‘penyucian’. Juga akan diterangkan bahwa zakat itu menyucikan harta serta menyucikan orang yang mengeluarkan zakatnya dari dosa dan penyakit-penyakit hati.

Ketiga, bermakna الصلاح ‘keshalihan’. Dimaklumi pula bahwa orang yang mengeluarkan zakat tergolong sebagai orang-orang yang shalih.

Penggunaan kata zakat dengan tiga makna di atas terdapat di dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits. Insya Allah, akan datang penyebutan sejumlah ayat dan hadits yang menunjukkan penggunaan kata zakat dengan salah satu dari makna di atas.[1]

 

Adapun secara istilah, zakat adalah beribadah kepada Allah oleh golongan orang tertentu dalam bentuk mengeluarkan suatu hak yang diwajibkan secara syariat pada harta tertentu untuk diserahkan kepada golongan orang tertentu.

 

 

Dari definisi di atas, tampak beberapa simpulan sebagai berikut.

Pertama, zakat adalah ibadah kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.

Kedua, zakat hanya diwajibkan kepada pihak dan golongan tertentu dari kaum muslimin.

Ketiga, kewajiban zakat adalah syariat dari Allah Subhânahu wa Ta’âlâ yang ketentuan-ketentuannya telah dijelaskan.

Keempat, zakat tidak diwajibkan pada segala jenis harta, tetapi hanya diwajibkan pada beberapa jenis harta tertentu.

Kelima, penyaluran zakat kepada golongan tertentu telah ditetapkan oleh syariat.

Simpulan di atas adalah inti pembahasan dalam uraian fiqih zakat. Insya Allah, semuanya akan dijelaskan pada tempatnya.

 

Dalam sejumlah nash Al-Qur`an dan As-Sunnah, zakat yang disyariatkan pada harta disebut dengan nama shadaqah, walaupun, dalam banyak penggunaan, kata shadaqah digunakan untuk makna pemberian yang diharapkan pahala dari Allah

 

Di antara contoh dalil penggunaan kata shadaqah yang bermakna zakat adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla,

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka yang, dengan zakat itu, kamu membersihkan dan menyucikan mereka, serta berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [At-Taubah: 103]

 

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam juga bersabda kepada Mu’âdz bin Jabal,

فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِى فُقَرَائِهِمْ

“… Terangkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan shadaqah (zakat) terhadap mereka yang diambil dari orang-orang kaya mereka kemudian dikembalikan kepada orang-orang fakir mereka.”

 

Zakat diwajibkan di Madinah pada 2 H, meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa zakat pertama kali diwajibkan di Makkah berdasarkan beberapa ayat Makkiyah dari Al-Qur`an. Hal ini dikompromikan oleh sebagian ulama bahwa nishab, rincian, dan ketentuan zakat ditetapkan di Madinah, walaupun kewajiban zakat bermula di Makkah.

 

Secara umum, zakat terbagi tiga[2]:

Pertama: zakat jiwa. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا. قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا.

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan (jalan) kefasikan dan ketakwaannya kepada jiwa itu. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.” [Asy-Syams: 7-9]

Zakat jiwa adalah meyucikan jiwa dari kesyirikan, kekufuran, dosa, maksiat, dan akhlak buruk.

Kedua: zakat badan. Yaitu, zakat fithri pada akhir Ramadhan.

Ketiga: zakat harta benda.

 

 


[1] Mu’jam Maqâyîs Al-Lughah 3/17-18 karya Ibnu Faris, Al-Mufradât Fî Gharîb Al-Qur`ân hal. 282 karya Ar-Râghib Al-Ashbahâny.

[2] Diringkas dari Asy-Syarh Al-Mukhtashar ‘Alâ Zâd Al-Mustaqni’ 2/236-237 karya guru kami, Syaikh Shalih Al-Fauzân.

2 Comments

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *