Bagikan...

Jangan Lupa Adab ini, Saat Bermajelis

  • Oleh: Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc. hafizhahullah
  • [Pembina Ponpes Al-Ihsan Gowa]

Setiap orang pasti biasa melakukan kumpul-kumpul dan duduk bersama dengan beberapa orang untuk mendengarkan ceramah, atau rapat dan lainnya. Ini yang kita kenal dengan majelis.

Sebagian orang melakukan perkumpulan dan majelis bersama dengan kelompok, teman kerja, atau bersama kaum muslimin. Namun disana ada sebuah hal yang sering dilalaikan oleh banyak orang diantara mereka bahwa bermajelis dan berkumpul memiliki adab-adab yang perlu dijaga saat berada di majelis.

Salah satu diantara adab yang sering dilalaikan oleh mereka di majelis-majelis, “adab berdzikir dan bersholawat” kepada Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam-.

Inilah yang pernah diingatkan oleh Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– dalam sebuah sabdanya,

مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللَّهَ فِيهِ ، وَلَمْ يُصَلُّوا عَلَى نَبِيِّهِمْ ، إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةً ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ

“Tidaklah suatu kaum duduk pada suatu majelis sedang mereka tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya dan tidak pula bersholawat kepada Nabi mereka, kecuali kekurangan akan menimpa mereka. Jika Allah hendak menyiksa mereka, maka Dia akan menyiksanya; jika Dia hendak mengampuninya, maka Dia akan mengampuninya”. [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (3380). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syu’aib Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 9764)]

 

Di dalam riwayat yang lain, Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

وَمَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فِيهِ إِلَّا كَانَ عَلَيْهِ تِرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Tidaklah suatu kaum duduk pada suatu majelis, sedang mereka tidak berdzikir kepada Allah -Azza wa Jalla-, kecuali kekurangan akan menimpa mereka pada hari kiamat”. [Abu Dawud dalam Sunan-nya (4856 & 5059) dan An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (403-404). Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam AshShohihah (78)]

Disebutkan di dalam hadits ini bahwa orang yang tidak berdzikir dalam majelis, ia akan mendapatkan (تِرَةً).

Dijelaskan oleh para ulama hadits dan bahasa bahwa makna kata (تِرَةً) ada dua: (1) kekurangan (نَقْصٌ) dan (2) pertanggungjawaban (تَبِعَةٌ). (3) Ada juga yang menafsirkannya dengan “neraka” atau “siksaan”. [Lihat Taajul Arus min Jawahir Al-Qomus (14/238) oleh Murtadho Az-Zubaidiy, cet. Dar Al-Hidayah]

Ini mengisyaratkan kepada kita bahwa berdzikir dan bersholawat kepada Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam- di dalam suatu majelis yang kita hadiri adalah hukumnya wajib!!

Kemudian sebaik-baik majelis adalah majelis ilmu, karena di dalamnya seorang penceramah dan hadirin akan selalu memuji dan berdzikir Allah –Azza wa Jalla– saat menyebut nama-nama Allah -Azza wa Jalla- dan senantiasa bersholawat kepada Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– ketika mendengarkan nama atau gelar beliau -Shallallahu alaihi wa sallam-.

Al-Imam Abu Ibrahim Al-Amir Ash-Shon’aniy –rahimahullah– berkata,

وَالْحَدِيثُ دَلِيلٌ عَلَى وُجُوبِ الذِّكْرِ وَالصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فِي الْمَجْلِسِ سِيَّمَا مَعَ تَفْسِيرِ التِّرَةِ بِالنَّارِ أَوْ الْعَذَابِ فَقَدْ فُسِّرَتْ بِهِمَا فَإِنَّ التَّعْذِيبَ لَا يَكُونُ إلَّا لِتَرْكِ وَاجِبٍ أَوْ فِعْلِ مَحْظُورٍ، وَظَاهِرُهُ أَنَّ الْوَاجِبَ هُوَ الذِّكْرُ وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – مَعًا

“Hadits ini adalah dalil tentang wajibnya berdzikir dan bersholawat kepada Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- di dalam majelis. Apalagi kata (تِرَةً) ditafsirkan dengan neraka atau siksaan. Sungguh kata tersebut telah ditafsirkan dengan keduanya. Karena, penyiksaan tidak terjadi, kecuali karena meninggalkan perkara wajib atau mengerjakan perkara yang terlarang. Lahiriah hadits ini bahwa yang wajib adalah berdzikir dan bersholawat kepada beliau -Shallallahu alaihi wa sallam- sekaligus”. [Lihat Subul As-Salam (8/297) karya Ash-Shon’aniy, cet. Dar Ibnil Jawziy, 1421 H]

Inilah akibat yang akan diterima oleh orang-orang yang lalai berdzikir dan bersholawat di majelis-majelis. Jadi, seorang muslim harus selalu mengingat hal ini. Walaupun orang-orang yang hadir lalai darinya, namun jangan sampai ia lalai darinya. Bayangkan saja bila hari kiamat kita menemui kekurangan yang banyak akibat lalainya kita dari kewajiban itu. Ini persis sama dengan orang-orang yang luput dari sholat Ashar.

Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– bersabda,

الَّذِي تَفُوتُهُ صَلَاةُ الْعَصْرِ كَأَنَّمَا وُتِرَ أَهْلَهُ وَمَالَهُ

“Orang yang luput dari sholat Ashar ibarat orang yang berkurang keluarga dan harta bendanya”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (552) dan Muslim dalam Shohih-nya (626)]

Al-Imam Abu Sulaiman Al-Khoththobiy rahimahullah– berkata,

نقص أو سلب فبقي وتراً فرداً بلا أهل ولا مال يريد فليكن حذره من فوتها كحذره من ذهاب أهله وماله . (معالم السنن للخطابي 288 – (1 / 131))

“Dia telah mengurangi keluarga dan harta bendanya dan diambil darinya sehingga ia tinggal (hidup) sendiri, tanpa keluarga dan harta benda. Karena itulah, hendaknya seorang yang luput dari sholat Ashar takut, seperti halnya ia takut kehilangan keluarga dan harta benda”. [Lihat Ma’alim As-Sunan (1/131) oleh karya Al-Khoththobiy, cet. Al-Mathba’ah Al-Ilmiyyah, Halab, 1351 H]

Seorang yang meninggalkan dzikir di dalam majelis-majelis akan luput dari banyak kebaikan dan pahala yang mestinya ia raih berupa ampunan, sholawat dari Allah -Azza wa Jalla-, pengangkatan derajat dan lainnya.

Wajarlah bila nanti di hari kiamat, orang-orang yang lalai di majelisnya (sehingga tidak berdzikir kepada Allah dan tidak pula bersholawat) akan tertimpa penyesalan.

Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

مَا قَعَدَ قَوْمٌ مَقْعَدًا لَا يَذْكُرُونَ فِيهِ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ، وَيُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِلَّا كَانَ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِنْ دَخَلُوا الْجَنَّةَ لِلثَّوَابِ

“Tidaklah suatu kaum duduk pada suatu majelis sedang mereka tidak berdzikir kepada Allah -Azza wa Jalla- dan tidak pula bersholawat kepada Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, kecuali penyesalan akan menimpa mereka pada hari kiamat, walaupun mereka akan memasuki surga, karena pahala”. [Ahmad dalam Al-Musnad (2/463), Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (591) dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (1/492). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (9965)]

Di saat menafsirkan sabda Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam, yang berbunyi, “…kecuali penyesalan akan menimpa mereka pada hari kiamat…”Syaikh Ubaidullah Al-Mubarokfuriy –rahimahullah– berkata,

أي : ندامة يوم القيامة بسبب تفريطهم في ذكر الله في ذلك المجلس وذلك لما يظهر لهم في موقف الحساب من أجور العامرين لمجالسهم بذكر الله تعالى، فيتحسرون على كل لحظة من أعمارهم لم يذكروا الله فيها. ((مرعاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح – (7 / 407))

“Maksudnya, penyesalan pada hari kimat, akibat keteledoran mereka dalam berdzikir kepada Allah di majelis itu. Penyesalan itu akan terjadi saat tampaknya bagi mereka pahala orang-orang yang meramaikan majelis mereka dengan dzikir kepada Allah -Ta’ala-. Akhirnya, mereka menyesali setiap kesempatan dari umur mereka, yang mereka tidak berdzikir di dalamnya”. [Lihat Mir’aah Al-Mafaatih (7/816)]

Al-Imam Muhammad bin Abi Bakr Ibnu Qoyyim Al-Jawziyyah rahimahullah– berkata,

فأي لحظة خلا فيها العبد عن ذكر الله عز و جل كانت عليه لا له وكان خسرانه فيها أعظم مما ربح في غفلته عن الله. ((الوابل الصيب – (ص/ 56))

“Kesempatan apapun di dalamnya seorang hamba kosong dari dzikrullah -Azza wa Jalla-, maka hal itu akan menjadi petaka baginya, bukan kebahagiaan baginya. Penyesalannya akan lebih besar dibandingkan sesuatu yang ia dapatkan di saat ia lalai dari Allah”. [Lihat Al-Wabil Ash-Shoyyib min Al-Kalim Ath-Thoyyib (hal. 56), karya Ibnul Qoyyim, cet. Dar Al-Kitab Al-Arobiy, 1405 H]

Para pembaca yang budiman, hadits yang mulia ini menerangkan kepada kita bahwa Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam– amat benci dengan majelis yang kosong dari dzikrullah!!!

Al-Imam Ibnu Qoyyim Al-Jawziyyah –rahimahullah– berkata,

وَكَرِهَ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ لِأَهْلِ الْمَجْلِسِ أَنْ يُخْلُوا مَجْلِسَهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللّهِ عَزّ وَجَلّ. ((زاد المعاد في هدي خير العباد ـ (2 / 426))

“Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- membenci bagi orang-orang di majelis bila mereka mengosongkan majelisnya dari dzikir kepada Allah -Azza wa Jalla-“. [Lihat Zaadul Ma’ad fi Hadyi Khoiril Ibaad (2/426), karya Ibnul Qoyyim, cet. Mu’assasah Ar-Risalah, dengan tahqiq Abdul Qodir Al-Arna’uth dan Syu’aib Al-Arna’uth, 1421 H]

Kenapa Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– membenci suatu majelis yang kosong dzikrullah?! Sebab, majelis yang demikian halnya menunjukkan bahwa orang-orang yang hadir di majelis adalah golongan orang-orang yang lalai. Disinilah rahasianya beliau -Shallallahu alaihi wa sallam- amat menganjurkan umatnya memperbanyak dzikir, apalagi di majelis. Beliau -Shallallahu alaihi wa sallam- juga mengajari para sahabatnya agar menutup majelis dengan dzikrullah.

Syaikh Faishol bin Abdil Aziz Alu Mubarok –rahimahullah– berkata saat membawakan hadits yang semakna dengan hadits di atas,

في هذا الحديث: كراهة الغفلة واستحباب الذكر في كل حالة. ((تطريز رياض الصالحين – (ص/ 503))

“Di dalam hadits ini terdapat celaan lalai dari dzikir dan dianjurkannya berdzikir di dalam semua keadaan”. [Lihat Tathriz Riyadh Ash-Sholihin (2/2)]