Bahasa Arab adalah bahasa termulia di sisi Allah. Dahulu bahasa ini menjadi bahasa kebanggaan dan kemuliaan bagi kaum muslimin di zaman kenabian dan akan terus menjadi bahasa kemuliaan sepanjang masa sampai tegaknya hari kiamat.
Namun satu hal yang membuat kita bersedih, bahasa Arab kini ditinggalkan oleh kebanyakan masyarakat Islam, lalu beralih dan berbangga dengan bahasa-bahasa ajam dan asing, semisal bahasa Inggris, Belanda, Prancis, Jepang, Cina dan lainnya.
Bahasa-bahasa asing ini kemudian menguasai dunia politik dan perekonomian, sehingga semakin digandrungi oleh banyak orang.
Sungguh ironi nasib kaum muslimin, kini mereka menyibukkan diri dengan bahasa asing, sehingga mereka melupakan dan meninggalkan bahasa Arab, bahasa bangsa Islam.
Mereka berbangga saat belajar bahasa Inggris -misalnya- karena dianggap sebagai bahasa internasional yang menjadi bahasa komunikasi yang menguntungkan dunia mereka.
Sebaliknya, mereka malu dan canggung belajar atau bercakap dengan bahasa Arab. Apalagi bahasa Arab -menurut mereka- kurang menguntungkan dari sisi dunia. Walaupun alasan ini masih bisa dibantah!!
Tapi begitulah sangkaan keliru mereka, yang membuat mereka semakin jauh dari bahasa Arab.
Ketika jauh dari bahasa Arab, maka otomatis mereka jauh dari memahami al-Qur’an dan Sunnah. Sebab, Bahasa Arab merupakan pintu dan kunci bagi ilmu-ilmu syar’i yang akan menjadi jalan bagi mereka mengetahui jalan kebenaran.
Disini bukan maksud kami mengharamkan belajar bahasa asing jika amat dibutuhkan.
Tapi ingat jangan sampai semua orang Islam lebih memilih dan mengutamakan bahasa asing dibanding bahasa Arab ataukah tak ada semangat untuk mempelajari Bahasa Arab demi memahami agama dengan baik, sehingga lebih cenderung ke bahasa asing, karena menjanjikan dunia!
Para pembaca yang budiman, Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an.
Ini merupakan sebuah keutamaan besar bagi Bahasa Arab, yang memang Allah pilih untuk menjelaskan syariat Islam yang universal dan mencakup seluruh bangsa manusia.
Andaikata tak ada keutamaan lain bagi bahasa Arab, selain kedudukannya sebagai Bahasa Al-Qur’an, maka cukuplah ini merupakan keutamaan besar bagi bahasa Arab.
Sebab ia adalah bahasa pilihan di sisi Allah. Padahal sekian banyak bahasa di dunia, tapi toh ternyata Allah memilih bahasa Arab dan meninggalkan bahasa-bahasa yang lainnya.
Tentu saja ia dipilih karena ia adalah bahasa yang paling baik untuk menjelaskan syariat terbaik yang akan diturunkan kepada Rasul terbaik.
Maka kenapakah kita canggung mempelajari dan menggunakannya?!
Perhatikan ayat-ayat berikut yang menjelaskan keutamaan bahasa Arab.
Allah –Azza wa Jalla– berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ [يوسف : 2]
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kalian memahaminya”. (QS. Yusuf : 2)
Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy –rahimahullah– berkata,
وذلك لأن لغة العرب أفصح اللغات وأبينها وأوسعها، وأكثرها تأدية للمعاني التي تقوم بالنفوس؛ فلهذا أنزلَ أشرف الكتب بأشرف اللغات، على أشرف الرسل، بسفارة (8) أشرف الملائكة، وكان ذلك في أشرف بقاع الأرض، وابتدئ إنزاله في أشرف___شهور السنة وهو رمضان، فكمل من كل الوجوه.” اهـ من تفسير ابن كثير / دار طيبة – (4 / 365_366)
“Demikian itu karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas dan luas serta amat cocok dalam menyampaikan makna yang terhunjam dalam jiwa. Sebab inilah, Allah menurunkan Kitab termulia (Al-Qur’an) dengan bahasa termulia kepada Rasul termulia (Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-) dengan perantaraan malaikat termulia (Jibril). Hal itu terjadi di negeri terbaik, di bumi (Makkah). Turunnya Al-Qur’an dimulai pada bulan termulia diantara bulan-bulan yang ada dalam setahun, yaitu pada bulan Romadhon. Jadi, sempurnalah Al-Qur’an dari seluruh sisi”. [Lihat Tafsir Ibn Katsir (4/365-366), cet. Dar Thoybah]
Allah memilih Bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an, karena kesempurnaannya dalam segala sisi, sehingga tidak ada pelaku kebatilan yang berusaha menegakkan kebatilannya, melainkan syubhat-syubhat dan argumen kebatilannya akan tersingkap.
Allah –Azza wa Jalla– berfirman dalam Surah Asy-Syu’araa’ : 193-195,
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195) [الشعراء : 193 – 195]
“Dia (yakni, Al-Qur’an) dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas”.
Mufassir Negeri Syam, Abul Fidaa’ Imaduddin Ad-Dimasyqiy –rahimahullah– berkata,
أي: هذا القرآن الذي أنزلناه إليك أنزلناه بلسانك العربي الفصيح الكامل الشامل، ليكون بَيِّنًا واضحًا ظاهرًا، قاطعًا للعذر، مقيمًا للحجة، دليلا إلى المحجة.” اهـ من تفسير القرآن العظيم / دار طيبة – (6 / 162)
“Maksudnya, Al-Qur’an ini yang Kami turunkan kepadamu, Kami menurunkannya dengan bahasamu, bahasa Arab yang fasih, sempurna lagi universal agar Al-Qur’an lebih jelas, gamblang dan nyata serta memutuskan (menghapus) segala alasan, menegakkan hujjah dan petunjuk menuju jalan kebenaran”. [Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim (6/162), dengan tahqiq Sami Salamah]
Siapa yang mendalami Al-Qur’an yang berbahasa Arab ini, maka ia akan berdecak kagum, terlebih lagi jika men-tadabburinya dengan kaedah-kaedah Bahasa Arab.
Disinilah letak rahasia bangsa Arab sendiri mengakui kehebatan dan kesempurnaan Al-Qur’an yang berbahasa Arab ini. Semakin merenunginya, mereka semakin terpukau dan takjub dengan isi dan kandungannya.
Demikian pula jika mereka berusaha mencari-cari kekurangannya, maka mereka tak mampu mendapatkan satu celah pun dari Al-Qur’an!
Allah –Azza wa Jalla– berfirman,
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (27) قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (28) [الزمر : 27 ، 28]
“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa“. (QS. Az-Zumar : 28).
Al-Imam Abdur Rahman Ibn Nashir As-Sa’diy An-Najdiy (Ahli Tafsir Jazirah Arab) –rahimahullah– berkata,
أي: جعلناه قرآنا عربيا، واضح الألفاظ،_ سهل المعاني، خصوصا على العرب. {غَيْرَ ذِي عِوَجٍ أي: ليس فيه خلل ولا نقص بوجه من الوجوه، لا في ألفاظه ولا في معانيه، وهذا يستلزم كمال اعتداله واستقامته.” اهـ من تيسير الكريم الرحمن – (ص / 723_724)
“Maksudnya, Kami jadikan Al-Qur’an sebagai bacaan yang berbahasa Arab, jelas lafazh-lafazhnya, maknanya mudah –Apalagi bagi orang Arab-. “yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya)”, maksudnya, tak ada padanya kekacauan, kekurangan dari segala sisi, baik pada lafazhnya, maupun pada maknanya. Ini mengharuskan kesempurnaan bagi kelurusan dan keistiqomahan Al-Qur’an”. [Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman (hal. 723-724)]
Saking mudahnya bahasa Arab ini untuk dipelajari, Nabi Isma’il -Shallallahu alaihi wa sallam- mampu bercakap dengan bahasa Arab di usia dini. Padahal orang tuanya (Nabi Ibrahim) adalah bangsa ajam yang berbahasa ajam.
Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
أَوَّلُ مَنْ فَتَقَ لِسَانَهُ بِالْعَرَبِيَّةِ الْمُبِيْنَةِ : إِسْمَاعِيْلُ، وَهُوَ ابْنُ أَرْبَعَ عَشْرَةَ سَنَةً
“Orang yang pertama kali membetulkan lidahnya dengan bahasa Arab yang jelas adalah Nabi Isma’il, sedang beliau anak berumur 14 tahun”. [HR. Asy-Syairoziy dalam Al-Alqoob, Ath-Thobroniy dalam Al-Awaa’il dari Ali dan Ad-Dailamiy dalam Al-Firdaus (no. 48) dari Ibnu Abbas. Hadits Ali di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ (no. 2581)]
Para pembaca yang budiman, mempelajari Bahasa Arab merupakan salah satu sarana terbaik untuk memahami agama kita yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah.
Sebab dengan mempelajari bahasa Arab dengan bagus, baik yang berkaitan dengan ilmu nahwu (tata bahasa Arab), maupun ilmu shorof alias ilmu tashrif (ilmu pembentukan kata), maka seseorang dengan mudah akan memahami alur makna yang diinginkan oleh Allah di dalam Kitab-Nya dan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam sabda-sabdanya, sambil merujuk kepada pemahaman para salaf (pendahulu) kita yang sholih dari kalangan sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in serta para ulama yang mengikuti jalan hidup mereka.
Seorang ulama bahasa, AbuI Qosim Abdur Rohman Ibnu Ishaq Az-Zajjajiy –rahimahullah– berkata,
فإنْ قال قائلٌ: فما الفائدة في تعلُّم النحو، وأكثرُ الناس يتكلمون على سَجِيَّتهم بغير إعراب، ولا معرفة منهم به، فيَفْهمون ويُفهِمون غيرَهم مِثلَ ذلك؟
فالجواب في ذلك أن يقال له:
الفائدة فيه: الوصولُ إلى التكلِّم بكلام العرب على الحقيقة؛ صوابًا غير مُبدَّلٍ ولا مُغَيَّر، وتقويمُ كتاب الله – عز وجل – الذي هو أصلُ الدِّين والدنيا والمُعْتَمَد، ومعرفةُ أخبار النبي – صلى الله عليه وسلم -، وإقامةُ معانيها على الحقيقة؛ لأنه لا تُفْهَمُ معانيها على الصحة إلا بتَوْفِيَتها حُقوقَها من الإعراب، وهذا ما لا يدفعه أحدٌ ممن نَظَر في أحاديثه – صلى الله عليه وسلم – وكلامِه. اهـ من الإيضاح في عِلَلِ النَّحو (ص 95) لأبي القاسم الزجاج, بتحقيق الدكتور مازن المبارك، ط. دار النفائس، الطبعة الثالثة، سنة 1399 هـ
“Faedah dalam mempelajari bahasa Arab, untuk bisa bercakap dengan menggunakan bahasa Arab berdasarkan hakikatnya, benar tanpa berganti dan berubah, untuk meluruskan (pemahaman) terhadap Kitabullah -Azza wa Jalla- yang merupakan prinsip agama dan dunia serta barometer, untuk mengenal (memahami) hadits-hadits Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- serta untuk menegakkan makna-maknanya berdasarkan hakikatnya. Karena makna-maknanya tak akan dipahami dengan benar, kecuali dengan memberikan hak bagi kata-kata berupa i’rob (penetapan kedudukannya menurut tata bahasa Arab). Perkara seperti ini tak akan dibantah oleh seorangpun dari kalangan orang-orang yang meneliti hadits-hadits dan sabda beliau -Shallallahu alaihi wa sallam-“. [Lihat Al-Iidhoh fii Ilal An-Nahwi (hlm. 95) karya Abul Qosim Az-Zajjaj, tahqiq DR. Mazin Al-Mubarok, cet. Dar An-Nafa’is, 1399 H]
Mempelajari bahasa Arab adalah kewajiban, sebab tak ada jalan untuk memahami agama dengan baik, kecuali dengan jalan memahami bahasa Arab, bahasa Al-Qur’an dan Sunnah!!
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rahimahullah– berkata,
اعْلَمْ أنَّ اعْتِيَادَ اللُّغَةِ يُؤَثِّرُ في العقلِ والخلقِ والدِّينِ تأثيرًا قويًّا بينًا، ويؤثر أيضًا في مشابهةِ صدرِ هذه الأمَّةِ من الصَّحابةِ والتابعين، ومشابهتهم تزيد العقلَ والدينَ والخلقَ،
وَأَيْضاً – فَإِنَّ نفْسَ اللُّغَةِ العربِيَّةِ مِنَ الدِّيْنِ، ومعرفتها فرض واجب، فإن فهم الكتاب والسنة فرض، ولا يفهم إلا بفهم اللغة العربية، وما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب.
Ketahuilah bahwa membiasakan diri dengan bahasa Arab akan memberikan pengaruh pada akal, akhlak dan agama dengan pengaruh yang amat kuat lagi nyata dan memberi pengaruh untuk menyerupai pendahulu umat ini dari kalangan sahabat, dan tabi’in. Menyerupai mereka akan menambah (menguatkan) akal, agama dan akhlak; dan juga bahasa Arab itu sendiri termasuk bagian dari agama. Mengenal (mengerti) bahasa Arab adalah kewajiban, karena memahami Al-Kitab dan As-Sunnah adalah kewajiban. Sementara hal itu tak akan bisa dipahami, kecuali dengan memahami bahasa Arab. Nah, sesuatu apapun yang tak akan sempurna sebuah kewajiban, kecuali dengannya, maka sesuatu itu adalah wajib”. [Lihat Iqtidho’ As-Siroth Al-Mustaqim (hal. 527)]
Alangkah benarnya perkataan Syaikhul Islam!! Banyak diantara manusia yang mengikuti kebiasaan kaum kafir, karena bermula dari bahasa.
Awalnya bangga dengan bahasa mereka, lalu bangga kepada perilaku mereka. Apalagi jika banyak bergaul dengan mereka.
Di dalam sebuah atsar, Umar bin Khoththob –radhiyallahu anhu– berkata,
لاَ تَعَلَّمُوا رَطَانَةَ الأَعَاجِمِ وَلاَ تَدْخُلُوا عَلَيْهِمْ فِى كَنَائِسِهِمْ يَوْمَ عِيدِهِمْ فَإِنَّ السُّخْطَةَ تَنْزِلُ عَلَيْهِمْ.
“Janganlah kalian mempelajari bahasa ajam (bahasa asing), dan jangan pula kalian masuk menemui mereka dalam gereja-gereja mereka pada raya mereka. Karena, kemurkaan Allah akan turun pada mereka.” [AR. Abdur Rozzaq Ash-Shon’aniy dalam Al-Mushonnaf (no. 1609), Al-Baihaqiy dalam As-Sunan Al-Kubro (9/234)]
Demikian sahabat Umar melarang rakyatnya untuk mempelajari bahasa asing, karena beliau khawatir bahasa asing itu akan memberikan pengaruh buruk kepada yang mempelajarinya dan akan meniru jalan hidup dan agama si pemilik bahasa tersebut dari kalangan kaum kafir dan musyrikin.
Seorang yang lebih cenderung kepada bahasa Arab, akan lebih kuat semangatnya untuk mengikuti orang-orang sholih dari kalangan sahabat dan pengikutnya yang baik.
Sebab bahasa Arab akan mengingatkan kita tentang Al-Qur’an, Sunnah, kehidupan para sahabat, sehingga akhlak dan agama kita akan terjaga.
Mempelajari Bahasa Arab adalah langkah awal dan pintu untuk memahami agama. Tidak heran bila sebagian salaf menyatakan bahwa Bahasa Arab adalah bagian dari Islam.
Sahabat Umar bin Al-Khoththob Al-Adawiy -radhiyallahu anhu- berkata,
تعلموَا العربيةَ فإنها مِنَ دينِكُمْ،
“Pelajarilah Bahasa Arab, karena ia termasuk agama kalian.” [Lihat Iqtidho’ As-Siroth Al-Mustaqim (hlm. 207) dan Masbuk Adz-Dzahab fi Fadhl Al-Arab wa Syarof Al-Ilm ala Syarof An-Nasab (hlm. 63)]
Dalam suatu riwayat, Ubay bin Ka’ab –radhiyallahu anhu– berkata,
-radhiyallahu anhu- berkata,
“تَعَلَّمُوْا الْعَرَبِيَّةَ كَمَا تَعَلَّمُوْنَ حِفْظَ الْقُرْآنِ” أخرجه ابن أبي شيبة في المصنف (رقم: 29915)
“Belajarlah bahasa Arab sebagaimana kalian mempelajari hafalan Al-Qur’an”. [HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (no. 29915) dengan sanad hasan]
Sahabat Ubay bin Ka’ab -radhiyallahu anhu- menganjurkan kepada kita untuk mempelajari Bahasa Arab, sebagaimana halnya kita mempelajari tata cara membaca dan menghafal Al-Qur’an, karena memang Bahasa Arab ini adalah bagian dari Islam!
Para pembaca yang budiman, dengan mempelajari Bahasa Arab, akal dan pikiran kita akan lebih kuat dan tajam, karena dengan memahami bahasa Arab, maka terbukalah keinginan kuat untuk lebih mendalami Al-Qur’an dan Sunnah serta menghafalnya. Tentunya semua itu membutuhkan pikiran.
Inilah beberapa sisi keutamaan dari mempelajari Bahasa Arab, dan sesuatu yang kami tulis dalam artikel ini, hanyalah secuil dari lautan keutamaan bagi Bahasa Arab. Semoga suatu saat kami akan kami rangkai kembali kalimat-kalimat indah seputar fadhilah Bahasa Arab.
Semua keutamaan itu tak bisa kita raih, kecuali dengan mempelajari dan mendalami Bahasa Arab.